Rabu 14 May 2025 10:32 WIB

Perubahan Iklim Dinilai Berdampak pada Kesehatan Perempuan dan Anak

Suhu ekstrem berkepanjangan berdampak pada kesehatan reproduksi hingga mental.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Perubahan iklim (ilustrasi). Perubahan iklim dinilai berdampak kesehatan fisik dan mental, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi). Perubahan iklim dinilai berdampak kesehatan fisik dan mental, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Perubahan iklim dinilai bukan hanya sekadar isu lingkungan global, melainkan krisis multidimensi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan fisik dan mental, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak. Keterkaitan antara perubahan iklim dan kesehatan perempuan serta anak merupakan isu dianggap mendesak untuk ditangani secara serius.

"Tanpa kita sadari, perubahan iklim berdampak pada kesehatan perempuan dan anak. Cuaca yang tidak menentu maupun suhu ekstrem yang berkepanjangan berdampak pada kesehatan reproduksi, kehamilan, penyakit tidak menular, hingga kesehatan mental perempuan dan anak," ujar Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI) Giwo Rubianto Wiyogo di Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Baca Juga

Dia menjelaskan pemerintah perlu bekerja sama dengan banyak pihak untuk dapat meningkatkan akses ke layanan kesehatan, memperkuat ketahanan pangan, hingga edukasi dampak perubahan iklim pada masyarakat. Pada peringatan HUT Ke-26 PPI itu, Giwo menegaskan pihaknya akan melanjutkan inisiasi Gerakan Ibu Bangsa untuk penuntasan masalah stunting melalui Gerakan Orang Tua Asuh dalam penurunan stunting yang sudah diinisiasi empat tahun lalu.

Inisiasi itu juga mendapatkan respons dari pemerintah dan masyarakat luas, yang kemudian digulirkan pemerintah dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) "Lahirnya PPI dilatarbelakangi sejumlah masalah sosial, seperti tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir, prevalensi anemia, malnutrisi, tingkat prevalensi kontrasepsi yang rendah, dan perkawinan anak di Indonesia," kata dia.

Melihat kondisi itu, menurut dia, dipandang perlu adanya organisasi yang dapat mengatasi masalah yang dialami oleh perempuan dan anak-anak Indonesia. PPI didirikan pada 1999 memiliki visi untuk memastikan setiap perempuan dan anak memiliki akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas.

“PPI bercita-cita agar semua perempuan dan anak menyadari hak mereka atas kesehatan yang berkualitas," kata Giwo.

PPI berkomitmen untuk berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu, angka kematian neonatal, dan menurunkan kematian anak di bawah lima tahun hingga 2030. Komitmen tersebut antara lain dilakukan dengan kegiatan kampanye serta edukasi kepada masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan dan anak-anak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement