AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Para ilmuwan atom dari Bulletin of Atomic Scientist memajukan jam kiamat (doomsday clock) sebagai pertanda meningkatnya ancaman global. Jarum jam ditetapkan pada 89 detik sebelum tengah malam, satu detik lebih dekat dari sebelumnya.
Lantas apa itu jam kiamat?
Jam kiamat bukanlah jam untuk menunjukkan waktu terjadinya kiamat, tetapi sebuah simbol yang menggambarkan seberapa dekatnya peradaban manusia dengan kehancuran global. Simbol ini berupa jam yang menunjukkan menit dan detik menuju tengah malam, di mana tengah malam diasosiasikan sebagai kehancuran dunia.
Jam kiamat pertama kali dibuat pada 1947 selama ketegangan Perang Dingin yang terjadi setelah Perang Dunia II. Jam kiamat ini digagas oleh para ilmuwan termasuk Albert Einstein dan Robert Oppenheimer untuk memperingatkan dunia tentang ancaman eksistensial.
Dengan jam kini berada di 89 detik sebelum tengah malam, dunia disebut dalam titik paling berbahaya dalam sejarah. Meskipun para ilmuwan menegaskan situasi ini masih bisa diperbaiki jika pemimpin dunia mengambil langkah nyata untuk mengurangi risiko kehancuran global.
Ada beberapa faktor yang mendorong para ilmuwan dari Bulletin of Atomic Scientist kembali memajukan jam kiamat. Berikut rinciannya seperti dilansir Japan Times, Jumat (31/1/2025):
1. Ancaman nuklir
Ketua Dewan Sains dan Keamanan Bulletin, Daniel Holz, mengatakan bahwa sejak Rusia ke Ukraina pada 2022, dunia menghadapi ancaman nuklir yang semakin nyata. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan telah menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional.
Selain itu, Rusia menolak untuk memperpanjang Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru dengan Amerika Serikat, yang akan berakhir pada 2026. Rusia berargumen bahwa perjanjian tersebut perlu diperluas untuk mencakup negara-negara lain.
"Agresi Rusia di Ukraina, termasuk penggunaan ancaman nuklir yang berulang kali sejak perang dimulai, telah mengganggu. Selain itu, mundurnya Rusia baru-baru ini dari perjanjian pengendalian senjata yang penting merupakan tanda yang mengkhawatirkan akan meningkatnya risiko nuklir," kata Holz.
Tidak hanya itu, China yang memiliki nuklir telah meningkatkan tekanan militer di sekitar Taiwan. Korea Utara juga terus melakukan uji coba rudal balistik.
2. Ketegangan di Timur Tengah
Timur Tengah telah menjadi sumber ketidakstabilan lain, dengan perang Israel dan Hamas, serta konflik regional yang melibatkan negara-negara termasuk Iran. "Kami mengamati dengan seksama dan berharap gencatan senjata di Gaza akan bertahan. Ketegangan di Timur Tengah termasuk dengan Iran masih sangat tidak stabil," kata Holz.
3. AI
Kecerdasan buatan (AI) yang semakin berkembang menjadi faktor pendorong jam kiamat semakin dekat. Beberapa ahli khawatir tentang penggunaan AI dalam aplikasi militer, terutama yang terkait dengan senjata nuklir. Di AS, Joe Biden pada Oktober menandatangani perintah eksekutif untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan AI terhadap keamanan nasional, ekonomi, dan kesehatan atau keselamatan publik. Namun pekan lalu, Donald Trump, mencabut aturan tersebut.
Menurut Holz, AI juga berpotensi memperburuk disinformasi dan misinformasi yang dapat mengganggu stabilitas global.
4. Perubahan iklim
Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, menurut data dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB. Perubahan iklim memperburuk badai dan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Meskipun ada kemajuan dalam pengembangan energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya, upaya global masih jauh dari yang dibutuhkan untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.