AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Depresi tidak selalu terlihat dari luar. Terkadang, seseorang tampak baik-baik saja, bahkan sangat produktif, padahal di dalam hatinya tersimpan luka yang mendalam. Kondisi ini dikenal sebagai depresi tersembunyi atau depresi fungsional tinggi.
Tanpa penanganan yang tepat, dampak depresi bisa meluas ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan sosial hingga kesehatan fisik. Seorang psikiater dari Universitas New York dan penulis buku yang akan segera terbit High Functioning: Overcome Your Hidden Depression and Reclaim Your Joy Judith Joseph mengatakan sebelum gejala-gejala ini berubah menjadi gangguan depresi berat, orang-orang mungkin menunjukkan tanda-tanda tersembunyi depresi yang mengkhawatirkan dan mungkin tidak disadari.
"Ada banyak orang di luar sana yang memiliki gejala-gejala ini dan terus menahan rasa sakit," kata dia dikutip dari laman Huffington Post pada Rabu (27/2/2025).
Berikut ini lima tanda depresi tersembunyi:
1. Anda terlalu berkomitmen pada pekerjaan
Bagi individu dengan depresi fungsional tinggi, pekerjaan bukan hanya sekadar profesi, tetapi menjadi satu-satunya dorongan untuk terus melangkah. Psikolog klinis yang berbasis di Nevada, Tanisha Ranger, mengatakan dia pernah mengalami bentuk depresi semacam ini.
“Saya bangun dan pergi bekerja, dan saya bekerja dengan sangat baik, dan saya pulang ke rumah dan langsung tidur. Tidak ada yang saya lakukan selain bekerja. Satu-satunya orang yang berinteraksi dengan saya adalah rekan kerja dan klien," ujarnya. Dia memberi contoh seorang ibu pekerja yang tidak punya waktu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seorang atlet yang memaksakan diri demi timnya, dan seorang pengusaha yang bekerja berlebihan karena tidak ingin gagal.
2. Anda tidak lagi merasakan kegembiraan pada aktivitas yang biasa Anda nikmati
Merasa anhedonia atau tidak adanya perasaan dan tidak adanya kesenangan terhadap hal-hal yang pernah membuat Anda bersemangat, merupakan tanda bahwa Anda berisiko tinggi mengalami depresi.
Ada banyak sensasi yang bisa menjadi indikator anhedonia.
Berikut adalah pertanyaan yang diajukan Joseph untuk mendorong refleksi:
-Setelah tidur siang, apakah Anda merasa segar kembali?
-Saat makan, apakah Anda menikmati makanan Anda?
-Saat Anda menghabiskan waktu bersama orang terkasih, apakah Anda menikmati interaksi tersebut? Atau apakah Anda sibuk dan teralihkan?
-Ketika Anda minum kopi pada pagi hari, apakah Anda hanya meminumnya untuk mendapatkan kafein, atau Anda menikmati rasanya?
Jika Anda merasa kehilangan kenikmatan dalam banyak aktivitas sehari-hari, itu mengkhawatirkan. "Saya pikir itu gejala yang tidak terlihat," kata Joseph.
"Orang-orang merasa seperti, 'Itu hanya perasaan saya yang biasa saja,' tetapi itu adalah tanda awal depresi, dan itu adalah salah satu gejala yang berhubungan dengan depresi fungsi tinggi," kata dia lagi.
3. Kehilangan semua motivasi internal
Orang-orang sering salah mengartikan gejala ini sebagai "kemalasan", tetapi Ranger mengatakan banyak orang yang mengalami depresi memiliki banyak proyek yang dimulai secara asal-asalan dan tidak pernah diselesaikan, dan itu bukan karena mereka terlalu malas untuk melakukannya. "Melainkan karena (mereka) tidak dapat mempertahankan motivasinya," ujarnya.
Bisa juga Anda terus kehilangan energi dan keinginan untuk mengurus diri sendiri. "Saya selalu menggambarkan depresi sebagai penyakit inersia. Anda tidak bisa bergerak," kata Ranger.
Ketika ia mengalami depresi fungsional, Ranger mengatakan ia tidak memiliki motivasi yang diarahkan sendiri. "Saya tidak bisa termotivasi untuk melakukan sesuatu hanya untuk diri saya sendiri pada awalnya, seperti saya akan mengecewakan diri saya sendiri dalam sedetik," ujarnya.
4. Anda terus mengorbankan diri demi menyenangkan orang lain
Perilaku menyenangkan orang lain merupakan tanda depresi tersembunyi yang lebih halus. "Mereka tidak ingin kehilangan peran sebagai orang yang melakukan segalanya karena dari situlah mereka memperoleh harga diri,” kata dia.
5. Anda tidak pernah merasa bahwa Anda atau orang lain cukup baik
Ranger mengatakan orang yang mengalami depresi dapat terjebak dalam pola pikir yang mengkhawatirkan yaitu “Saya buruk, dunia ini buruk, dan tidak akan pernah ada yang berubah”.
Apa yang harus dilakukan jika mengalami depresi tersembunyi?
Ranger mengatakan Anda berhak mendapatkan lebih dari sekadar fungsionalitas. Anda berhak mendapatkan kegembiraan. Anda berhak memiliki kehidupan yang Anda nikmati.
Berikut ini cara memulai perjalanan Anda untuk merasa lebih baik:
1. Rasakan emosi Anda
Terlalu sering orang merasa "mati rasa" ketika depresi. Untuk mengatasi hal ini, perhatikan apa yang Anda rasakan di dalam diri Anda.
"Akui dan terima emosi Anda alih-alih memendam rasa sakit," kata Joseph.
Berbicara dengan orang terkasih, terapis, atau menulis jurnal, bernyanyi, atau menangis merupakan pereda stres alami. Hal ini dinilainya dapat membantu Anda belajar cara mengekspresikan emosi dengan lebih baik.
2. Bersosialisasi
Kapan terakhir kali Anda mengobrol dengan orang lain? Telepon ibu Anda atau berkirim pesan dengan teman. Selain menggerakkan tubuh setiap hari, Ranger menyarankan memberikan sedikit persahabatan.
"Hanya dibutuhkan sedikit hubungan sosial untuk meningkatkan suasana hati Anda," ujarnya.
3. Ingat nilai-nilai Anda
Tuliskan apa yang penting bagi Anda sehingga Anda dapat menemukan momen-momen dalam hari Anda untuk menggali nilai-nilai Anda. Joseph, misalnya, berusaha mempelajari sesuatu yang baru tentang sejarah orang kulit hitam karena hal itu membantunya merasa nyaman dengan komunitasnya.
4. Temukan momen-momen bahagia setiap hari
Untuk mengatasi anhedonia, Joseph menyarankan agar pasien mulai mengenali dan menciptakan sebanyak mungkin momen menyenangkan dalam keseharian mereka. Hal ini bisa sesederhana meluangkan waktu untuk menikmati makan siang jauh dari meja kerja atau memilih menelepon orang terkasih daripada terus-menerus menggulir media sosial.
5. Hubungi profesional kesehatan mental
Hanya karena Anda mampu menjalani hidup dan memenuhi kewajiban, bukan berarti Anda tidak layak mendapatkan perawatan. Pertimbangkan untuk bekerja sama dengan terapis untuk mencari pilihan lain.
"Akhirnya sesuatu akan terjadi. Stres akan menggerogoti tubuh Anda. Anda akan mengalami gangguan fisik yang bermanifestasi sebagai suatu bentuk kondisi fisik, seperti penyakit autoimun, atau Anda akhirnya akan mengalami gangguan mental," kata dia.