Kamis 10 Apr 2025 11:14 WIB

Waspada Ancaman di Balik Tren Sewa Smartphone

Penyewaan smartphone dinilai menyimpan potensi risiko keamanan data yang serius.

Red: Qommarria Rostanti
Pelanggan memilih iPhone untuk disewa di salah satu gerai rental iPhone di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Penyewaan smartphone dinilai berisiko terhadap keamanan data pribadi.
Foto: ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Pelanggan memilih iPhone untuk disewa di salah satu gerai rental iPhone di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Penyewaan smartphone dinilai berisiko terhadap keamanan data pribadi.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Di balik semarak perayaan Lebaran beberapa waktu lalu, muncul tren penyewaan smartphone, terutama iPhone, untuk keperluan gaya hidup dan dokumentasi momen. Tren  ini dinilai menyimpan potensi risiko keamanan data yang serius.

Founder dan Group CEO VIDA, Niki Luhur, mengingatkan bahwa smartphone sewaan dapat menyimpan jejak data sensitif, membuka celah bagi kejahatan siber. Menurut dia, menyewa smartphone untuk keperluan sesaat memang praktis, tapi jangan lupa, perangkat itu bisa menyimpan jejak data sensitif. "Banyak orang tidak sadar bahwa saat menyewa smartphone dan menggunakannya untuk mengakses akun digital atau mengisi data pribadi seperti KTP dan foto pribadi (selfie), mereka sedang membuka celah bagi kejahatan online," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Rabu (9/4/2025).

Baca Juga

Celah keamanan ini meliputi data yang tersimpan otomatis, cache aplikasi, hingga akses residual ke sistem operasi dari pemilik sebelumnya, yang memungkinkan pelaku kejahatan mengambil alih akun dalam hitungan menit.

VIDA, sebagai penyedia solusi identitas digital dan pencegahan fraud, menekankan pentingnya kewaspadaan saat menggunakan perangkat sewaan, terutama untuk mengakses layanan penting seperti perbankan digital, dompet digital, e-commerce, dan media sosial.

Risiko ini diperkuat oleh temuan dalam whitepaper terbaru VIDA, "Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia" yang mengungkapkan bahwa 97 persen perusahaan di Indonesia mengalami insiden Account Takeover dalam 12 bulan terakhir, dan 67 persen konsumen menjadi korban transaksi tidak sah di akun digital mereka.

Selain itu, tujuh dari 10 kasus serangan siber melibatkan akses tanpa izin dari perangkat atau lokasi yang tidak dikenal, dan 71 persen insiden Account Takeover berujung pada kerugian finansial. Menanggapi tren ini, VIDA mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti menghindari penyimpanan informasi sensitif di perangkat sewaan, memastikan perangkat telah di-reset (factory reset) sebelum dan sesudah penggunaan, menggunakan autentikasi berlapis saat masuk ke akun digital, dan sebisa mungkin menghindari login akun penting di perangkat yang bukan milik pribadi. Selain itu, penting untuk selalu memperbarui perangkat lunak dan aplikasi ke versi terbaru, karena pembaruan sering kali menyertakan perbaikan keamanan yang penting.

Selain itu, penting juga untuk berhati-hati dengan aplikasi yang diunduh dari sumber yang tidak dikenal. Aplikasi ilegal atau tidak resmi sering kali mengandung malware yang dapat mencuri data pribadi. Gunakan hanya toko aplikasi resmi seperti Google Play Store atau Apple App Store untuk mengunduh aplikasi.

Terakhir, selalu waspada terhadap upaya phishing, yaitu upaya penipuan untuk mendapatkan informasi pribadi melalui email, pesan teks, atau situs web palsu. Jangan pernah memberikan informasi pribadi seperti kata sandi atau nomor kartu kredit kepada siapa pun yang tidak Anda kenal atau percayai. Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi digital, kesadaran akan keamanan data pribadi dinilai menjadi semakin penting, terutama dalam menghadapi tren-tren baru yang muncul di masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement