Senin 14 Apr 2025 14:25 WIB

5 Fakta Songkran, Festival Tahun Baru di Thailand yang Identik dengan Perang Air

Festival ini dikenal luas karena tradisi 'perang air'.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang biksu Buddha Thailand disiram air oleh penduduk dan wisatawan dalam festival tahunan Songkran, perayaan Tahun Baru tradisional Thailand yang juga dikenal sebagai festival air di Bangkok, Thailand, pada Ahad (13/4/2025).
Foto: DOK. EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Seorang biksu Buddha Thailand disiram air oleh penduduk dan wisatawan dalam festival tahunan Songkran, perayaan Tahun Baru tradisional Thailand yang juga dikenal sebagai festival air di Bangkok, Thailand, pada Ahad (13/4/2025).

AMEERALIFE.COM, JAKARTA – Setiap tahunnya pada 13 hingga 15 April 2025, masyarakat Thailand merayakan Songkran, festival tahun baru yang penuh semangat dan keseruan. Festival ini dikenal luas karena tradisi “perang air” di mana siapapun bisa tiba-tiba disiram air oleh orang lain di jalanan.

Namun di balik itu, Songkran juga menyimpan banyak makna mendalam. Dilansir laman Mashable, Senin (14/4/2025), berikut lima fakta menarik yang mungkin belum kamu tahu tentang perayaan tahun baru khas Thailand ini:

Baca Juga

1. Menandai dimulainya Tahun Baru Buddhis

Nama Songkran sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "berpindah" atau "memulai yang baru". Seperti perayaan Tahun Baru di seluruh dunia, Songkran dipandang sebagai momen untuk memulai lembaran baru.

Songkran festival juga merupakan hari libur besar di Thailand. Biasanya masyarakat akan berkunjung ke kuil, memberikan persembahan berupa makanan dan sedekah kepada biksu Buddha. Sebagai balasan, masyarakat akan didoakan oleh para biksu.

2. Momen pulang kampung dan kumpul keluarga

Selain jadi momen sakral, Songkran juga dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga terutama orang tua dan kakek-nenek. Banyak warga kota besar seperti Bangkok yang memiliki pulang ke kampung halaman saat Songkran.

Selama di kampung halaman, anak akan menuangkan air wangi ke tangan orang tua mereka sebagai tanda bakti dan rasa terima kasih. Dengan banyaknya warga yang pulang kampung, para wisatawan pun jadi mendominasi Songkran di kota-kota besar.

3. Pembersihan mental dan fisik menjadi inti Songkran

Songkran identik dengan pembersihan sebagai awal yang baru. Selain membersihkan rumah, masyarakat juga membersihkan area publik, patung-patung Budha, dan lingkungan sekitar.

Secara spiritual, pembersihan ini disertai dengan saling mengucapkan harapan baik, menciptakan suasana positif dan penuh optimisme selama festival berlangsung.

4. Tradisi membangun stupa pasir di hari kedua Songkran

Pada 14 April (hari kedua Songkran), yang juga dikenal sebagai Wan Nao, masyarakat Thailand biasanya sibuk mempersiapkan makanan dan persembahan untuk biksu keesokan harinya. Anak-anak juga mengikuti upacara Rot Nam Dam Hua –yakni membasuh kaki orang tua sebagai bentuk penghormatan, dan sebagai gantinya, mereka mendapat doa restu dan rangkaian bunga. Di kuil-kuil, keluarga juga sering bersama-sama membangun Chedi Cai atau stupa pasir kecil sebagai simbol kebaikan dan keberkahan.

5. Perang air jadi daya tarik utama Songkran

Merayakan Songkran rasanya tidak lengkap tanpa siram-siraman air. Mulai dari ember, senapan air, hingga balon air, semua digunakan untuk menyemarakkan suasana Songkran. Kota-kota besar bahkan menjadikan momen ini sebagai pesta air raksasa. Pada prinsipnya, siapapun bisa menjadi target siraman air, kecuali bayi, lansia, dan para biksu.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement