Senin 21 Apr 2025 12:04 WIB

Ganti Pembalut Lebih dari 5 Kali Sehari? Jangan Anggap Sepele, Ini Kata Dokter

Banyaknya darah menstruasi yang keluar normalnya berkisar 3 sampai 5 pembalut.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Perempuan haid (ilustrasi). Banyaknya darah menstruasi yang keluar normalnya berkisar 3 sampai 5 pembalut atau sekitar 80 cc per hari.
Foto: republika
Perempuan haid (ilustrasi). Banyaknya darah menstruasi yang keluar normalnya berkisar 3 sampai 5 pembalut atau sekitar 80 cc per hari.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Stigma dan hoaks yang masih kuat di masyarakat dinilai telah menyebabkan banyak perempuan menormalisasi dan merasa tabu untuk membahas isu nyeri haid (dismenorea) dan Pendarahan Menstruasi Berat (PMB). Anggapan keliru bahwa nyeri haid adalah hal wajar dan harus diderita setiap bulan, serta mitos-mitos yang tidak berdasar mengenai menstruasi, membuat perempuan enggan mencari informasi yang benar atau bahkan berkonsultasi dengan tenaga medis.

“Akses terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi perempuan yang akurat dan mudah dipahami harus terus ditingkatkan,” kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi dr Boy Abidin, SpOG, Subsp. FER Dokter Boy dalam temu media di Jakarta, Senin (21/4/2025).

Baca Juga

Dokter lulusan Universitas Padjadjaran itu menyoroti banyak perempuan di Indonesia masih merasa malu atau enggan membicarakan topik seputar menstruasi atau gangguan reproduksi yang berakibat pada kesehatan di masa mendatang. Ia mencontohkan seperti nyeri haid dan PMB yang bisa berdampak pada anemia dan penurunan kualitas hidup.

Terkait dengan PMB satu dari tiga perempuan mengalami hal tersebut dan mengacu pada pendarahan menstruasi yang berlangsung lebih dari tujuh hari atau volume darah yang berlebihan dari kondisi normal. Selain kedua masalah tersebut, masalah reproduksi yang kerap terlambat didiagnosis seperti endometriosis. Penyakit itu secara global disebutnya sudah mempengaruhi sekitar satu dari sembilan perempuan berusia produktif.

Penyakit itu, katanya, sering terlambat didiagnosis karena minimnya kesadaran dan pengetahuan perempuan. “Normalisasi terhadap kondisi yang sebetulnya tidak normal merupakan sebuah stigma yang harus diluruskan. Misalnya normal pada menstruasi juga berbeda-beda pada setiap perempuan, namun ada batasan normal yang perlu dipelajari,” katanya.

Boy mengatakan normalnya rata-rata siklus haid berlangsung selama 28 hari, namun periode antara 21-35 hari juga masih dianggap normal. Adapun banyaknya darah menstruasi yang keluar normalnya berkisar 3 sampai 5 pembalut atau sekitar 80 cc per hari. Ia mengatakan jika lewat dari batas tersebut, maka sudah masuk dalam kategori tidak normal dan perlu segera mendapat penanganan.

“Begitu pula dengan sakit pada saat menstruasi dapat menjadi indikasi awal endometriosis pada perempuan,” ujarnya.

Menanggapi masalah tersebut, Boy menekankan pemahaman tentang kesehatan reproduksi tidak hanya penting dalam konteks diagnosis, tetapi juga dalam pengambilan keputusan yang tepat mengenai kontrasepsi. Ia menambahkan kontrasepsi modern baik pil KB sampai IUD hormonal tidak hanya berfungsi untuk mencegah kehamilan, tetapi juga memiliki manfaat sebagai terapi untuk masalah reproduksi dan meningkatkan kualitas hidup seperti terapi untuk PMB dan gangguan normal.

“Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangatlah penting, ketika perempuan sudah dibekali informasi yang tepat, tentunya mereka akan lebih mengerti dan paham terhadap tubuhnya, dan ke depan akan membantu dalam proses diagnosis dan pengobatan yang lebih dini,” kata dia.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement