"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa model pembelajaran mendalam dapat memperkirakan usia biologis dari foto wajah dan dengan demikian meningkatkan prediksi kelangsungan hidup pada pasien kanker," kata para peneliti dalam kesimpulan studi mereka.
Dr Ray Mak, salah satu penulis senior dalam makalah tersebut, menambahkan perspektif klinis mengenai potensi aplikasi FaceAge. "Kami telah menunjukkan bahwa AI dapat mengubah foto wajah sederhana menjadi ukuran objektif usia biologis, yang dapat digunakan oleh dokter untuk memberikan perawatan yang dipersonalisasi bagi pasien, seperti memiliki titik data tanda vital lainnya," ujarnya.
Dr Mak menganalogikan FaceAge sebagai bagian lain dari teka-teki seperti tanda-tanda vital, hasil lab atau pencitraan medis yang memberikan informasi tambahan yang berharga bagi dokter dalam membuat keputusan perawatan. Namun, ia juga memberikan catatan penting mengenai peran teknologi ini dalam praktik klinis.
"Kami ingin memperjelas bahwa kami memandang alat AI seperti FaceAge sebagai alat bantu untuk memberikan dukungan pengambilan keputusan dan bukan sebagai pengganti penilaian dokter," ujarnya.
Penekanan ini penting untuk menghindari interpretasi berlebihan terhadap kemampuan AI dan memastikan bahwa keputusan medis tetap didasarkan pada penilaian holistik oleh profesional kesehatan. Meskipun temuan awal studi ini sangat menjanjikan, para peneliti menyadari bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi dan memperluas aplikasi FaceAge.
Saat ini, berbagai penelitian sedang dilakukan untuk menilai potensi FaceAge dalam konteks kondisi atau penyakit lain di luar kanker. Selain itu, penelitian juga sedang berjalan untuk memahami bagaimana faktor-faktor eksternal seperti prosedur kosmetik atau penggunaan botoks dapat memengaruhi akurasi alat tersebut dalam memperkirakan usia biologis.