AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berinovasi dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana di Indonesia. Kali ini, BNPB menghadirkan layanan aplikasi pelaporan digital inaRISK Personal yang dapat dimanfaatkan secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat.
Aplikasi ini dirancang khusus untuk memfasilitasi pelaporan berbagai aktivitas yang merusak lingkungan, termasuk di dalamnya tindakan pembabatan hutan secara ilegal. Analis Bencana Muda Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko BNPB Afif Alfian mengatakan inaRISK Personal adalah aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk pelaporan tersebut. Masyarakat bisa mengunduhnya secara gratis melalui perangkat ponsel pintar atau komputer yang berbasis Android.
“Melalui inaRISK Personal, masyarakat bisa melaporkan kasus penggundulan hutan,” kata Afif pada Selasa (11/6/2025).
Aplikasi ini dikembangkan oleh BNPB bersama sejumlah kementerian dan lembaga terkait seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan dan Permukiman, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta institusi lain yang berpengalaman dalam kebencanaan. BNPB menilai keberadaan aplikasi ini memungkinkan masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengawasan lingkungan secara partisipatif dan mendorong upaya penghijauan kembali kawasan hutan yang rusak, khususnya di wilayah pegunungan.
Afif memastikan BNPB akan menindaklanjuti setiap laporan dari masyarakat tersebut, tidak hanya menjadikannya sebagai bahan kajian ilmiah bidang kebencanaan, tetapi juga tindakan teknis yang lebih lanjut di bawah kementerian atau lembaga negara lainnya. "InaRISK Personal juga berperan sebagai penyedia informasi risiko bencana, tingkat bahaya suatu wilayah atau daerah dan dilengkapi dengan rekomendasi tindakan antisipatif," kata dia.
Menurut dia, bukan hanya faktor geografis terapi tingginya tingkat kerawanan dan risiko bencana di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi lingkungan yang sudah terdegradasi karena ulah manusia. Berdasarkan data BNPB, sepanjang periode 1 Januari hingga 15 Desember 2024, tercatat 1.942 kejadian bencana alam di Indonesia. Sebanyak 95 persen di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Dari total kejadian tersebut, BNPB mencatat 469 orang meninggal dunia, 58 orang hilang, dan 1.157 orang mengalami luka dan membutuhkan perawatan medis. Selain itu, lebih dari 61.500 unit rumah warga mengalami kerusakan, termasuk 10.821 unit yang mengalami kerusakan berat hingga rata dengan tanah.
Untuk itu, Afif menyebutkan bahwa kanal tersebut terus diperbarui agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap data dan informasi terbaru yang relevan untuk peningkatan ketangguhan menghadapi bencana. “Harapannya, melalui aplikasi ini masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi agen perubahan untuk menciptakan Indonesia yang tangguh bencana,” ujarnya.