Selasa 24 Jun 2025 09:12 WIB

Film Kungfu ‘Jadul’ Bakal Direstorasi Pakai AI, Auto Jernih!

Film kungfu yang akan direstorasi dibintangi Bruce Lee, Jet Li, dan Jackie Chan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bruce Lee. Film-film kungfu legendaris yang dibintangi ikon seni bela diri seperti Bruce Lee, Jackie Chan, dan Jet Li akan direstorasi dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Al).
Foto: Glofocus
Bruce Lee. Film-film kungfu legendaris yang dibintangi ikon seni bela diri seperti Bruce Lee, Jackie Chan, dan Jet Li akan direstorasi dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Al).

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Film-film kungfu legendaris yang dibintangi ikon seni bela diri seperti Bruce Lee, Jackie Chan, dan Jet Li akan direstorasi dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Al). Inisiatif ini diluncurkan oleh China Film Foundation sebagai bagian dari proyek ambisius bertajuk Kung Fu Film Heritage Project, yang diumumkan dalam gelaran Festival Film Internasional Shanghai ke-27.

Sebanyak 100 film klasik direncanakan akan direstorasi menggunakan teknologi Al, dengan tahap awal memprioritaskan 10 judul terpilih, termasuk Drunken Master (1978), Fists of Fury (1972), dan Once Upon A Time in China (1991). Proyek ini mendapat pendanaan sebesar 13,9 juta dolar AS atau sekitar Rp230 miliar.

Baca Juga

Teknologi Al akan digunakan untuk meningkatkan kualitas visual, audio, dan produksi secara keseluruhan, namun tetap mempertahankan estetika sinematik serta gaya penceritaan khas dari era aslinya. "Dari Bruce Lee hingga Jackie Chan, film-film ini telah merepresentasikan semangat rakyat Tiongkok kepada dunia. Ini adalah kartu nama sinema Tiongkok untuk panggung global," ujar Ketua China Film Foundation, Zhang Qilin, seperti dikutip dari NME, Senin (23/6/2025).

Ketua Canxing Media, Tian Ming, menekankan bahwa penggunaan Al untuk merestorasi film tak berarti menggeser kreativitas para seniman. "Al hanyalah alat, dan kreativitas adalah jiwanya. Film kung fu klasik mencerminkan kekuatan spiritual bangsa. Kami mengajak mitra internasional untuk ikut dalam kebangkitan budaya ini," kata dia.

Selain restorasi film lama, proyek ini juga memperkenalkan A Better Tomorrow: Cyber Border. Ini merupakan film animasi panjang pertama yang seluruh proses produksinya menggunakan Al, termasuk penulisan naskah dan pembuatan animasi. Film ini merupakan interpretasi baru dari karya John Woo tahun 1986.

Meski demikian, penggunaan Al dalam industri film masih menuai perdebatan. Beberapa film yang menggunakan Al dalam proses pascaproduksi, seperti The Brutalist dan Emilia Perez, sempat mendapat sorotan dalam ajang Oscar 2025.

Namun, ada pula yang memilih pendekatan etis. Natasha Lyonne, yang akan menyutradarai film debutnya Uncanny Valley, menggandeng studio Al Asteria untuk mengembangkan dunia virtual dalam film tersebut menggunakan model Al berbasis data bebas hak cipta.

"Ketika teknologi diarahkan oleh para seniman, bukan sebaliknya, maka akan muncul terobosan yang otentik," ujar produser Bryn Mooser. Sementara itu, sutradara kawakan James Cameron mengungkapkan ketertarikannya pada penggunaan Al untuk menekan biaya produksi tanpa mengorbankan tenaga kerja.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement