Ahad 29 Jun 2025 06:58 WIB

Mengapa Ada Orang yang Doyan Pedas dan Ada yang tidak? Ini Kata Pakar Gizi

Setiap individu memiliki toleransi pedas yang berbeda.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Cabai (ilustrasi). Perbedaan toleransi terhadap makanan pedas dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari genetik hingga psikologis.
Foto: ist
Cabai (ilustrasi). Perbedaan toleransi terhadap makanan pedas dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari genetik hingga psikologis.

AMEERALIFE.COM,  JAKARTA -- Sambal atau makanan pedas merupakan bagian tak terpisahkan dari kuliner Nusantara. Meski banyak orang Indonesia menyukai makanan pedas, namun ternyata setiap individu memiliki toleransi pedas yang berbeda.

Menurut pakar gizi sekaligus Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, dr Karina Rahmadia Ekawidyani, perbedaan toleransi terhadap makanan pedas dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari genetik hingga psikologis. "Capsaicin (zat aktif dalam cabai) menstimulasi reseptor TRPV1 yang mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Tiap orang punya tingkat toleransi reseptor yang berbeda. Bahkan ada yang lahir tanpa reseptor ini, sehingga tidak merasakan pedas sama sekali," kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip pada Ahad (29/6/2025).

Baca Juga

Toleransi ini juga bisa meningkat seiring waktu melalui kebiasaan mengonsumsi makanan pedas. Selain itu, persepsi atau pikiran seseorang terhadap rasa pedas pun bisa memperkuat atau memperlemah reaksi tubuh terhadap sensasi tersebut.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa makanan pedas seperti cabai mengandung berbagai zat aktif yang berperan penting bagi kesehatan. Cabai banyak mengandung vitamin C dan vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan dan dapat melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit, sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, kandungan capsaicin dalam cabai juga dapat membantu menurunkan berat badan. Capsaicin mampu meningkatkan temperatur tubuh dan mempercepat kerja metabolisme, sehingga kalori dalam tubuh lebih cepat terbakar.

Dia mengatakan capcaisin terbukti secara ilmiah memiliki berbagai manfaat lain, seperti menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya. "Capcaisin juga memiliki efek analgesik (pereda nyeri) dan anti-inflamasi, serta berdampak positif pada sistem kardiovaskuler dan metabolik, termasuk memperbaiki profil lipid dan fungsi endotel atau dinding pembuluh darah," ujar Karina.

Namun demikian, ia mengingatkan agar masyarakat tetap berhati-hati dalam mengonsumsi makanan pedas. Konsumsi berlebihan dapat mengiritasi saluran cerna dan meningkatkan refluks asam lambung yang menyebabkan gejala seperti mulas, sakit perut, kembung, diare, hingga muntah.

Makanan pedas yang dikonsumsi secara tidak bijak juga dapat menimbulkan efek lain seperti insomnia, berkurangnya sensitivitas lidah, bahkan meningkatkan risiko penurunan fungsi kognitif. "Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih dari 50 gram cabai per hari secara rutin memiliki risiko penurunan kognitif hampir dua kali lebih besar dibandingkan yang mengonsumsi dalam jumlah lebih sedikit," kata dia.

Dr Karina juga memberikan beberapa tips agar masyarakat dapat menikmati makanan pedas dengan aman. Antara lain hindari makan pedas saat perut kosong, perhatikan porsi dan batas toleransi pribadi, jangan makan pedas sebelum tidur, minum susu setelah mengonsumsi makanan pedas, pilih cabai dengan tingkat kepedasan ringan seperti cabai hijau atau paprika, serta buang biji cabai dan lapisan tipis yang menempel di dinding buah cabai untuk mengurangi rasa pedas.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement