Jumat 18 Jul 2025 12:20 WIB

Harga Sehelai Batiknya Bisa Capai Rp40 Juta, Rumah Batik Oey Soe Tjoen: Kami Rawat Seperti Bayi

Harga sehelai kain batik Oey Soe Tjoen bisa mencapai lebih dari Rp40 juta.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Widianti Widjaja, generasi ketiga Oey Soe Tjoen, saat konferensi pers Pameran Karya 3 Generasi Selama 100 Tahun di kawasan Cilandak, Rabu (16/7/2025).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Widianti Widjaja, generasi ketiga Oey Soe Tjoen, saat konferensi pers Pameran Karya 3 Generasi Selama 100 Tahun di kawasan Cilandak, Rabu (16/7/2025).

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Oey Kiem Lian atau Widianti Widjaja, generasi ketiga dari Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST), mengungkapkan bahwa merawat batik tulis harus dilakukan dengan sangat hati-hati, layaknya merawat bayi. Ia menekankan pentingnya menghindari paparan bahan kimia agar kualitas kain tetap terjaga.

"Kalau kata Emak saya, merawat batik itu anggap saja kayak merawat bayi. Jangan sembarangan, terutama saat mencucinya," ujar Widia saat diwawancara usai konferensi pers di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (15/7/2025).

Baca Juga

la menjelaskan batik tulis tidak boleh dicuci menggunakan detergen apalagi menggunakan mesin cuci. Sebagai gantinya, Widia menyarankan penggunaan sabun mandi atau sampo yang aman dan biasa dipakai sehari-hari.

"Pakai sabun mandi saja. Kalau aman untuk kulit, berarti aman juga untuk kain. Atau pakai sampo. Kalau sampo itu tidak membuat rambut kira rontok, maka dipakai bersihin kain enggak apa-apa," kata dia.

Selain itu, saat mencuci batik tulis disarankan tidak memeras kain terlalu keras. la pun menyarankan agar kain tidak terlalu sering dicuci, karena frekuensi pencucian yang terlalu tinggi berpotensi mempercepat kerusakan motif maupun struktur kain.

Untuk penyimpanan, Widia menganjurkan agar kain batik disimpan di lemari bersama rempah-rempah alami seperti cengkeh, bunga lawang, dan merica. la menekankan agar tidak menggunakan pewangi sintetis maupun kapur barus.

"Kami di Oey Soe Tjoen, selalu menghindari parfum kimia atau kapur barus. Kami pakai rempah-rempah yang bisa berfungsi mengusir ngengat dan menjaga aroma alami kain. Setiap kali saya memberikan batik kepada customer, saya selalu sertakan rempah-rempah di dalam kotaknya," jelas Widia.

Batik Oey Soe Tjoen dikenal dengan proses pembuatan yang sangat panjang dan detail. Satu helai kain batik tulis bisa memakan waktu minimal tiga tahun. Hal ini dikarenakan seluruh tahapan masih dilakukan secara manual dengan setidaknya 21 proses berbeda.

Keterbatasan jumlah pembatik juga menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, hanya tersisa sekitar 15 pembatik aktif di OST, jauh menurun dibanding era generasi pertama yang mencapai 150 orang. Karena itu, kini produksi batik tulis OST hanya mencapai 20 kain per tahun.

Didirikan pada tahun 1925 oleh pasangan Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio di Pekalongan, Batik OST merekam lintas budaya dalam setiap motifnya. Lokasinya yang berada di kawasan pesisir Jawa membuat pengaruh budaya Jawa, peranakan Tionghoa, Arab, Eropa hingga Asia sangat terasa dalam desainnya.

Pada masa sebelum pendudukan Jepang, batik OST kerap dipakai sebagai mas kawin oleh kalangan atas. Kini, batik OST diakui sebagai karya seni bernilai tinggi dan telah masuk dalam koleksi museum di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia, bahkan ikut dalam balai lelang internasional.

Widia merupakan generasi ketiga, setelah ayah dan ibunya Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono) yang memimpin OST pada 1976 hingga 2002. Dengan nilai historis dan proses yang sangat panjang, tak heran harga satu helai kain batik OST kini bisa mencapai lebih dari Rp40 juta. Bahkan baru-baru ini, kain batik tulis Oey Soe Tjoen masuk dalam barang yang dilelang di balai lelang internasional Christie's dengan nilai miliaran rupiah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement