Ashari (40 tahun) memiliki kenangan tersendiri dengan Pasar Taman Puring. Pada 2018, pria yang memiliki hobi mengoleksi rilisan fisik musik itu mendatangi sebuah toko musik di pasar tersebut. “Pertamanya ngontak di e-commerce, terus katanya bisa COD juga, akhirnya saya sekalian main aja ke sana," kata dia saat diwawancara Republika.co.id, Selasa (29/7/2025).
Menurut penuturan Ashari, kondisi Pasar Taman Puring pada 2018 masih lumayan ramai, meski memang tak seramai kawasan Blok M atau Pasar Santa. Ia ingat betul bagaimana lantai satu pasar dipenuhi penjual sepatu, sementara toko rilisan fisik musik yang ia tuju ada di area elektronik lantai dua.
“Kayak-nya yang jual rilisan fisik musik di sana cuma si pedagang itu aja, enggak banyak,” ujar Ashari.
Rilisan yang ia incar memang cukup langka, yaitu kaset Downset, band rap metal asal Amerika yang populer era 1990-an. Seingat Ashari, harga untuk kaset bekas tersebut tak mahal hanya kisaran Rp50 ribu. “Kaset bekas itu, jadi memang harganya murah, tapi ya emang udah susah nyari kaset itu,” kata Ashari.
Seiring masifnya transaksi jual-beli secara daring dan pandemi Covid-19, popularitas Taman Puring mulai tersisih. Sebelum akhirnya kebakaran kembali terjadi, pasar tersebut dikabarkan sudah semakin sepi. Banyak ruko yang kosong karena pembeli yang datang pun semakin sedikit.
Kebakaran kali ini menjadi ujian baru bagi para pedagang. Pasar ini bukan hanya simbol ketahanan ekonomi rakyat, tetapi juga saksi sejarah kota yang terus berubah. la hidup, bertahan, dan terus menjadi bagian penting dari wajah Jakarta.