Rabu 30 Jul 2025 10:27 WIB

AIMI Soroti Pentingnya Peran Tokoh Agama dalam Kampanye ASI Eksklusif

Menyusui bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga bagian dari ajaran agama Islam.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu menyusui (Ilustrasi). Tokoh agama dinilai memiliki peran strategis dalam mengampanyekan pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan anak.
Foto: Republika
Ibu menyusui (Ilustrasi). Tokoh agama dinilai memiliki peran strategis dalam mengampanyekan pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan anak.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Tokoh agama dinilai memiliki peran strategis dalam mengampanyekan pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan anak. Mengingat di berbagai daerah Indonesia, para pemuka agama kerap menjadi figur yang dihormati, dipercaya, dan dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk dalam hal pengambilan keputusan keluarga.

Atas dasar itu, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) akan menggelar Workshop Ustaz Ustazah 2025 sebagai bagian dari rangkaian kegiatan menyambut Pekan Menyusui Dunia yang diperingati setiap 1 hingga 7 Agustus. AIMI menilai, keterlibatan tokoh agama sangat penting untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dalam edukasi menyusui berbasis nilai-nilai keislaman.

Baca Juga

Ketua Umum AIMI, Nia Umar, mengatakan menyusui bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga bagian dari ajaran agama Islam yang tercantum dalam Alquran. Oleh karena itu, memperkuat pemahaman agama tentang menyusui dapat mendorong terbentuknya budaya dukungan yang lebih kuat bagi para ibu.

"Menyusui adalah hak setiap ibu dan anak, dan dukungan adalah kunci keberhasilannya. Di Pekan Menyusui Dunia 2025, AIMI menegaskan pentingnya membangun sistem yang memastikan setiap ibu mendapat dukungan yang layak-karena ibu tidak seharusnya berjuang sendiri," ujar Nia dalam konferensi pers daring dipantau di Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Melalui workshop ini, ia berharap para ustaz dan ustazah dapat menjadi agen edukasi di tengah masyarakat, khususnya dalam membangun pemahaman keluarga tentang pentingnya menyusui. Selain itu juga mengedukasi sistem pendukung keluarga seperti kakek-nenek, serta pelajar di lembaga pendidikan Islam.

Ketua Divisi Dana Usaha dan Event AlMI Pusat, Sarah Anggina, menambahkan bahwa penurunan angka stunting tidak bisa hanya dibebankan kepada tenaga kesehatan. Keterlibatan semua elemen masyarakat, termasuk ulama dan tokoh agama, sangat dibutuhkan.

"Menurunkan stunting bukan hanya tugas tenaga kesehatan, ini adalah amanah umat. Kami ingin pentingnya ASI eksklusif bisa disampaikan di mimbar-mimbar masjid dan ruang dakwah lainnya. Ketika ulama bersuara, masyarakat mendengar. WUU hadir untuk memperkuat suara itu, agar ilmu agama menjadi jalan mencegah stunting sejak dini," ujar Sarah.

Workshop Ustaz Ustazah 2025 akan berlangsung pada Ahad, 10 Agustus 2025, pukul 08.00-17.00 WIB di Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ), Pondok Cabe, Tangerang Selatan, dengan target peserta sebanyak 50 ustaz dan ustazah. Mereka merupakan para pengisi kajian taklim, pembina komunitas keislaman, dosen atau guru mata kuliah Islam, pembina lembaga zakat, lembaga kemanusiaan, dan organisasi masyarakat berbasis Islam, khususnya yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.

Narasumber yang akan mengisi WUU 2025 terdiri atas praktisi kesehatan dan ulama. Yakni dokter anak dan aktivis ASI Asti Praborini, ustazah Nur Rofiahyang juga merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah, serta KH Ali Nurdin selaku Dewan Pakar PSQ. Sebagai organisasi independen, AlMI juga menegaskan bahwa dalam menjalankan kegiatan edukasinya, mereka tidak bekerja sama dengan pihak yang terafiliasi dengan produk susu formula, obat-obatan kimia, booster ASl, botol dot atau empeng, serta makanan atau minuman ultra proses. Kebijakan ini sejalan dengan komitmen AlMI untuk menjaga objektivitas dalam menyampaikan informasi menyusui berbasis ilmu pengetahuan dan hak asasi ibu dan anak.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement