Selasa 21 Mar 2023 13:44 WIB

Desainer: Impor Pakaian Bekas Bepotensi Matikan Pabrik Tekstil dan Garmen

Masuknya pakaian bekas dari luar negeri menguntungkan pelaku bisnis thrift shop.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Pengunjung mencari pakaian thrifting atau pakaian bekas impor di Pusat Thrifting Jogja, Xt Square, Yogyakarta, Kamis (5/1/2023). Berbagai macam produk fashion thrifting dari Korea dan Jepang tersedia di sini. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau masyarakat tergantung jenis barangnya. Dua lantai di Xt Square disewa oleh penjual barang thrifting sejak dua tahun terakhir.
Foto:

Sofie mengatakan desainer atau pemilik brand lokal harus memiliki DNA kuat, yang tidak mungkin dimiliki barang impor bekas. Dengan memiliki DNA dan jenama yang kuat maka bisnis fashion tidak akan terpengaruh.

"Salah satunya harus dikuatkan brand DNA dan harga yang masuk di akal, nggak jauh dari kompetitor, tapi harus ada kelebihan dari desain dan produk," ujar Sofie.

photo
Risiko memakai pakaian bekas. - (Republika)

Sofi menjelaskan bahwa DNA jenama dapat dibentuk dari banyak faktor, yaitu target pasar yang dituju, segmen umur, kategori produk, keunikan, pembeda brand dari lainnya, kekuatan produk (cutting, material, keunikan produk). Selain itu, brand juga harus memiliki signature sendiri.

"Idealis perlu, tapi harus kompromi juga dengan pasar. Idealis yang realistis," kata dia.

Terkait barang off-season, Sofie bisanya menggelar pesta diskon untuk produk tersebut. Namun, dia menyarankan pelaku bisnis tidak terlalu sering melakukan sale karena bisa membuat pembeli hanya menunggu diskon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement