AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Jika berjalan-jalan dengan hewan peliharaan atau menaiki tangga terasa lebih sulit dari biasanya, bisa jadi seseorang butuh menjalani tes yang disebut dengan tes stres. Tes ini bukan untuk mengetahui stres psikologis. Dalam dunia medis, tes stres terkadang disebut tes stres jantung atau tes stres olahraga.
Berdasarkan keterangan dari The Mayo Clinic, tes stres biasanya dilakukan dengan cara berjalan di atas treadmill atau mengayuh sepeda statis. Penyedia layanan kesehatan kemudian akan memperhatikan ritme jantung, tekanan darah, dan pernapasan pasien selama tes.
Apa saja tanda-tanda seseorang membutuhkan tes stres? Hassan Makki, seorang ahli kardiologi intervensional bersertifikat yang praktik di Pusat Kardiovaskular Premier di Chandler, Arizona, Amerika Serikat, membagikan sejumlah tanda yang bisa dicermati.
"Jika seseorang menggambarkan berat, sesak, nyeri, atau kesulitan bernapas, merasakan sensasi seperti saat berlari kencang, atau merasa dingin, jantung mereka mungkin tersumbat, dan kami biasanya melakukan tes stres," ujar Makki, dikutip dari laman USA Today, Senin (10/4/2023).
Menurut Harvard Health, tes stres dapat mendeteksi kelainan pada tekanan darah, detak jantung, atau gejala fisik yang memburuk. Apabila dibiarkan, bisa mengarah ke penyakit arteri koroner (CAD), juga timbunan lemak (plak) yang mengurangi aliran darah kaya oksigen ke otot jantung.
Makki mengatakan bahwa tes stres biasanya dipertimbangkan karena ada ambiguitas seputar apakah seseorang menderita penyakit arteri koroner atau tidak. Ketika seseorang mengalami sejumlah gejala penyakit arteri koroner dan memiliki faktor risiko seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau merokok, maka kemungkinan tidak akan dilakukan tes stres karena dokter hampir merasa pasti bahwa itu disebabkan penyumbatan arteri.
Sebaliknya, seseorang diminta melakukan tes stres ketika tidak yakin mengenai kondisi yang dialami. Makki berkata, profesional medis ingin melihat kinerja jantunf dengan baik, jadi orang yang melakukan tes akan dipasangi elektroda di seluruh dadanya.
"Seorang pasien menggunakan treadmill dan seorang teknisi, dengan pengawasan dokter, memantau peningkatan detak jantung dengan menaikkan kecepatan dan kemiringan treadmill secara perlahan," kata Makki.
Penn Medicine menyebutkan, tes stres lazimnya dilakukan di kantor dokter atau rumah sakit. Prosedurnya selesai dalam satu jam, dan tidak invasif alias tidak perlu memasukkan alat tertentu melalui sayatan pada kulit. Selain itu, ada informasi tambahan yang disampaikan Makki.
Dia menjelaskan, tenaga medis terkadang juga dapat menggunakan ekokardiogram sebagai bagian dari tes stres. Echo atau gema pada ekokardiogram adalah jenis ultrasound. Dalam tes stres ekokardiogram, akan didapatkan gambar ultrasonografi saat pasien sedang istirahat, dan kemudian saat detak jantung meningkat di bawah tekanan untuk diperbandingkan.
Data yang dikumpulkan dari tes stres dapat membantu dokter mendiagnosis atau memantau penyakit jantung. Hasil itu juga bisa dipakai guna merencanakan intervensi bedah atau olahraga, serta memantau pengobatan dan melakukan pengujian tambahan.
Dokter pun akan menjelaskan hasil dari tes stres. "Setelah menyelesaikan atau menghentikan tes, penyedia layanan kesehatan memantau gejala, detak jantung, tekanan darah, dan EKG hingga kembali ke kisaran normal. Ini memakan waktu sekitar 15 menit. Setelah detak jantung pulih, Anda sudah boleh pulang," kata Makki.