AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Sleepwalking atau tidur berjalan merupakan gangguan tidur yang membuat seseorang berjalan sambil tidur. Para ahli mengatakan, tidur berjalan bisa mencakup berbagai tindakan kompleks seperti berpakaian, makan, membersihkan diri, berlari, bahkan buang air kecil di tempat yang tidak semestinya.
Konsultan Pulmonologi Intervensi dan Pengobatan Tidur di Fortis Cunningham Road India, dr Sachin D mengatakan, beberapa orang mungkin melakukan aktivitas seksual, mengemudi, atau melakukan aktivitas kekerasan saat masih tertidur.
“Episode-episode ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam. Orang tersebut dapat kembali tidur sendiri atau mungkin bingung saat terbangun dan mungkin tidak mengingat episode tersebut,” kata Sachin seperti dilansir Indian Express, Jumat (21/4/2023).
Menekankan hal yang sama, seorang konsultan ahli radiologi dr Noorie, menjelaskan, beberapa penelitian menunjukkan anak-anak yang mengalami sleepwalking mungkin lebih sering tidur gelisah ketika berusia berusia empat hingga lima tahun. Mereka juga biasanya lebih sering terbangun selama tahun pertama kehidupan.
Pendiri dan direktur Ujala Cygnus Group of Hospitals India, dr Shuchin Bajaj, mengatakan, penyebab pasti dari tidur sambil berjalan belum sepenuhnya dipahami, tetapi dapat dipicu berbagai faktor seperti kurang tidur, stres, alkohol, dan obat-obatan tertentu. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi medis lain seperti sleep apnea, sindrom kaki gelisah, dan epilepsi.
Dr Noorie mencatat, seseorang yang memiliki riwayat keluarga juga kemungkinan 10 kali lebih besar untuk melakukan tidur berjalan. Selain itu, tidur berjalan juga lebih mungkin terjadi jika seseorang kurang tidur.
“Hal ini juga dapat terjadi jika Anda stres, mabuk, atau mengonsumsi obat-obatan seperti obat penenang-hipnotik yang membantu Anda rileks atau tidur, neuroleptik yang digunakan untuk mengobati psikosis, dan antihistamin yang digunakan untuk mengobati gejala alergi," ujar Noorie.
Lantas bagaimana cara mendiagnosis tidur berjalan? Dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala dan riwayat kesehatan. Mereka mungkin perlu melakukan beberapa tes untuk mengetahui apakah ada kondisi medis yang mendasarinya.
Tes yang dimaksud meliputi pemeriksaan fisik, polisomnografi yang mengharuskan pasien bermalam di laboratorium tidur untuk dilakukan observasi, serta EEG untuk mempelajari aktivitas otak.
Adapun terkait pengobatan, dr Bajaj mengungkapkan bahwa pengobatan untuk sleepwalking biasanya melibatkan perubahan gaya hidup seperti meningkatkan kebersihan tidur, menghindari alkohol dan obat-obatan, mengurangi stres, dan menjaga jadwal tidur yang teratur.
“Obat-obatan seperti benzodiazepin dan antidepresan juga dapat diresepkan dalam beberapa kasus,” kata dr Bajaj.
Dia juga menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tujuannya, untuk mendapatkan perawatan yang disesuaikan dengan gejala, tingkat keparahan, dan frekuensi seseorang untuk menghindari potensi komplikasi akibat tidur sambil berjalan.