Mengingat risiko itu, Fitch menekankan pentingnya mengonsumsi obat ini sebagai bagian dari rencana manajemen penyakit kronis yang komprehensif dalam model klinik suportif, sehingga profesional perawatan kesehatan dapat memantau efek samping, menyesuaikan rencana perawatan, dan memberikan dukungan emosional.
Seorang ahli bedah saraf bersertifikat sekaligus pendiri perawatan kesehatan preventif dan fasilitas antipenuaan Senolytix di Florida, AS, Brett Osborn, mengatakan dia telah menulis ribuan resep untuk Saxenda dan Ozempic, tanpa efek samping yang terlalu merugikan. Efek samping yang terpantau ialah mual.
"Kedua obat tersebut telah ada selama lebih dari 10 tahun, dan meskipun dipelajari secara ekstensif, tidak ada peringatan 'kotak hitam' mengenai potensi efek psikotropika yang tidak diinginkan," kata Osborn.
Osborn beranggapan fakta bahwa beberapa orang dengan diabetes tipe 2 dan/atau obesitas, yang mengonsumsi semaglutide (Ozempic) atau liraglutide (Saxenda), memiliki keinginan bunuh diri itu sama sekali tidak dapat dijadikan penyebab.
"Ini mungkin (dan kemungkinan besar) peristiwa independen," ujar Osborn.
Perwakilan dari perusahaan yang memproduksi Ozempic, Novo Nordisk, telah merilis pernyataan resminya. Agonis glucagon-like peptide 1 (GLP-1) telah digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 selama lebih dari 15 tahun, dan pengobatan obesitas selama delapan tahun, termasuk produk Novo Nordisk seperti semaglutide dan liraglutide yang telah ada di pasar Inggris.
"Data keamanan yang dikumpulkan dari program uji klinis besar dan pengawasan pascapemasaran belum menunjukkan hubungan kausal antara semaglutide atau liraglutide dan pikiran bunuh diri dan menyakiti diri sendiri," kata Novo Nordisk.