Guru Besar Fakultas Psikologi UGM itu mempelajari bahwa kemunculan LGBT ada kaitannya dengan pola asuh. Misalnya, sebuah studi mendapati bahwa sexual grooming atau pelecehan/kekerasan seksual di masa kecil bisa mengarah pada kondisi gay dan lesbian saat dewasa.
Mereka yang semasa kecil jadi korban kekerasan seksual, bisa berubah menjadi pelaku saat dewasa, atau menjadi agresif secara seksual. Sementara itu, juga berdasarkan studi, kondisi transgender bisa dipicu cross-dressing di masa kecil.
Misalnya, ada kasus keluarga yang ingin punya perempuan, tetapi dikaruniai anak laki-laki. Alhasil, anak lelaki itu dipakaikan busana perempuan dan diperlakukan selayaknya anak perempuan.
Meski beberapa temuan itu tidak bisa sepenuhnya digeneralisasi, Koentjoro tetap menyarankan orang tua lebih waspada saat mendidik anak. Pendidikan anak tidak bisa dengan tiba-tiba, tetapi orang tua harus sejak dini menanamkan norma dan moral.
"Anak perlu diberi tahu bahwa hanya ada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Laki-laki jodohnya perempuan, perempuan jodohnya laki-laki, sejak kanak-kanak diajarkan," ungkap Koentjoro.