Xing berpendapat temuan risetnya bisa jadi landasan bagi para profesional kesehatan yang meresepkan pelatihan olahraga untuk pengelolaan asma pada pasien dewasa. Namun, tetap penting untuk mempertimbangkan faktor individu, seperti riwayat keluarga dan pengaruh lingkungan, saat merancang program rehabilitasi olahraga.
"Menyesuaikan intervensi dengan kondisi kesehatan fisik dan mental individu, dengan pertimbangan intensitas, frekuensi, dan durasi latihan yang cermat, penting untuk mengoptimalkan hasil pengobatan," ujar Xing, dikutip dari laman BreakingNews.ie, Ahad (13/8/2023).
Asma adalah kondisi paru-paru kronis yang menyerang sekitar 339 juta orang di seluruh dunia. Gejalanya termasuk batuk, mengi, dan sesak napas. Sebelumnya, olahraga dianggap sebagai faktor risiko potensial bagi orang dengan kondisi tersebut.
Alasannya, aktivitas olahraga bisa membuat seseorang lelah dan terengah-engah, yang diyakini dapat memicu atau memperburuk serangan asma akut. Namun, sejumlah studi terbaru telah mengungkap bahwa olahraga justru dapat meningkatkan fungsi paru-paru dan kapasitas latihan pada pasien asma dewasa.