"Penelitian ini menarik dan menunjukkan bahwa kedua jenis kelamin harus divaksinasi untuk mencegah kanker serviks," ujar profesor onkologi ginekologi dan kedokteran reproduksi di The University of Texas MD Anderson Cancer Center, dr Andrea Milbourne.
Milbourne mengatakan hasil penelitian ini mendukung penelitian serupa di Australia yang menunjukkan penurunan kasus kutil kelamin, bahkan pada remaja yang tidak divaksinasi, ketika anak laki-laki dan perempuan divaksinasi HPV secara bersamaan. Jenis HPV tertentu juga dapat menyebabkan kutil kelamin, yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut membantu mengendalikan virus dengan lebih baik di komunitas tempat vaksin itu digunakan.
Dokter menekankan bahwa vaksinasi HPV juga bermanfaat bagi anak laki-laki. "Penting untuk diingat bahwa laki-laki juga berisiko terkena kanker terkait HPV," kata direktur pusat penjangkauan komunitas, keterlibatan, dan ekuitas di Moffitt Cancer Center, Susan Vadaparampil.
Anak laki-laki khususnya berisiko terkena kanker orofaring (alias kanker kepala dan leher), dan kasus kanker ini meningkat pada pria di AS. Tingkat vaksinasi HPV di AS masih belum mencapai target yang diharapkan oleh para ahli kesehatan.
Pada 2021, hanya 59 persen remaja berusia antara 13 dan 15 tahun telah menerima dua atau tiga dosis vaksin sesuai rekomendasi. National Cancer Institute telah menetapkan target agar 80 persen remaja mendapatkan vaksinasi HPV pada tahun 2030.
Tingkat vaksinasi juga lebih rendah pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Data menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi adalah sekitar 20 hingga 30 persen untuk anak laki-laki berusia 13 hingga 17 tahun, sementara 10 hingga 15 persen untuk pria berusia 18 hingga 26 tahun.
Namun, Pimenoff menekankan vaksin HPV adalah "cara terbaik" untuk mencegah kanker genital dan mulut, yang disebabkan oleh HPV. Dokter-dokter menekankan pentingnya vaksinasi HPV bagi kedua jenis kelamin dan meminta orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter anak mereka tentang vaksinasi.