Kamis 30 Nov 2023 11:08 WIB

Bintang Emon Rasakan Efek Negatif Attention Span, Apa Penyebabnya?  

Terlalu banyak informasi kilat di media sosial membuat seseorang sulit fokus.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
ADHD (ilustrasi)
Foto:

Layar menghadirkan ladang ranjau unik yang dapat mengalihkan perhatian, dengan aliran notifikasi dan informasi yang konstan. “Dan itu memang disengaja,” kata profesor informatika di University of California, Irvine, dan penulis buku “Attention Span: A Groundbreaking Way to Restore Balance, Happiness and Productivity, Gloria Mark.

Pada intinya, internet dirancang untuk memanfaatkan cara berpikir manusia, jadi tidak mengherankan jika orang-orang tertarik padanya. “Bukan hanya fakta bahwa ada algoritma yang menarik perhatian kita. Kita juga akan merasa bahwa kita harus merespons, harus memeriksanya,” kata Mark.

Otak manusia menginginkan hal baru, kegembiraan, dan hubungan sosial, dan perangkat berperan dalam keinginan tersebut. Memeriksa notifikasi yang muncul di layar dapat memberikan sedikit dopamin, menciptakan rasa penghargaan yang membuat orang terus melakukannya untuk mendapatkan lebih banyak lagi.

Ketika seseorang ingin berhenti dari godaan notifikasi ponsel, maka otak juga harus mengubah cara untuk menghentikan apa yang sebelumnya rutin dilakukan, misalnya dengan beralih ke tugas baru. Seperti yang dilakukan Bintang Emon, ia mencoba untuk membaca buku agar tidak hanya fokus pada ponselnya.

Proses tersebut berdampak negatif terhadap kecepatan dan kualitas pekerjaan secara keseluruhan dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. “Semakin sering melakukan peralihan tugas, semakin besar keinginan otak untuk mengembara dan mencari hal baru,” ujar Brown.

Salah satu artikel jurnal tahun 2016 mempertanyakan asumsi umum tentang ‘perhatian’, seperti siswa hanya dapat fokus pada perkuliahan selama 10 hingga 15 menit.

Setelah meninjau literatur, penulis yang juga seorang profesor di Universitas Kedokteran dan Sains Rosalind Franklin Illinois, Neil Bradbury menemukan beberapa penelitian yang secara objektif menunjukkan, bahwa siswa memiliki kemampuan fokus yang terbatas.

Banyak penelitian yang menggunakan ‘perilaku’ (seperti mencatat atau gelisah) sebagai representasi dari ‘perhatian’, namun perilaku tidak selalu sama dengan fokus itu sendiri.

“Sebenarnya tidak ada definisi yang benar tentang makna attention (perhatian). Kecuali Anda memiliki definisi bagus yang disetujui semua orang. Tapi akan sangat sulit untuk mengukurnya, karena Anda benar-benar tidak tahu apa yang Anda ukur,” kata Bradbury.

 

Dalam banyak kasus, kemampuan siswa untuk ‘memperhatikan’ tampaknya bergantung pada seberapa menarik mereka menemukan materi yang mereka pelajari dan seberapa baik materi tersebut disajikan, sehingga mengukur attention span bawaan mereka menjadi sulit dan dirasa tidak penting.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement