- Harga diri rendah (keinginan untuk mendapatkan kepastian bahwa dirinya diinginkan)
- Kesulitan dengan keintiman emosional (seperti tidak mampu mengungkapkan kebutuhan emosional dan akibatnya perasaan negatif menghalangi perasaan cinta)
- Alasan situasional atau peluang
- Impulsif
- Mencari kegembiraan
- Mampu memilah-milah seks dan keintiman serta hubungan utama mereka sendiri
- Mampu memilah-milah secara umum
- Kurangnya empati
- Pencarian hal baru
- Ketakutan akan penuaan
- Pencarian status
- Penggunaan narkoba dan alkohol
- Gaya kepribadian tertentu seperti narsisme dan psikopati
- Kesulitan dalam hubungan utama/ketidakbahagiaan dalam pernikahan (kebutuhan emosional tidak terpenuhi dalam hubungan dan lebih rentan terhadap ketertarikan pada orang lain)
Durvasula menambahkan beberapa pria selingkuh karena rasionalisasi bodoh yang didasarkan pada evolusi manusia. Hal ini mengacu pada ekspektasi biologis bahwa laki-laki menginginkan banyak pasangan untuk memaksimalkan reproduksi dan memilih pasangan yang lebih muda karena alasan kesuburan.
Dia menjelaskan, ini argumen yang salah karena meskipun seekor pejantan bisa menghamili banyak betina, jika dia tidak bisa menjamin keselamatan dan pemberian makan mereka serta keturunannya tidak bisa mencapai usia reproduksi, maka tidak ada gunanya.
"Itu bodoh sekali, tapi penipu akan melakukan apa pun untuk membenarkannya," kata Durvasula.
Menurut John Gottman, Caryl Rusbult, dan Shirley Glass di The Gottman Institute, yang tergabung dalam kelompok penelitian hubungan, perselingkuhan biasanya diawali dengan perhatian. Ketika seseorang tidak dapat mengandalkan pasangannya untuk selalu ada pada saat dibutuhkan, hal ini akan mengarah pada perbandingan yang tidak menguntungkan, jarak emosional, dan pada akhirnya pengkhianatan.
Persentasi perselingkuhan...