Senin 12 Feb 2024 14:14 WIB

Studi: Molekul Ini Jadi Penyebab Lebih Banyak Perempuan yang Menderita Autoimun

Peneliti menyoroti peran yang dimainkan molekul Xist yang tak ada di sel pria.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
Perempuan olahraga. Peneliti mempelajari mengapa perempuan memiliki risiko lebih besar terkena autoimun.
Foto:

Dan itu menyebabkan kerusakan pada jaringan, tergantung pada penyakit autoimunnya. Beberapa di antaranya memengaruhi seluruh tubuh dan lainnya terlokalisasi pada organ tertentu.

Peneliti lain berfokus pada ‘bias perempuan’ kelainan ini, dengan menganalisis hormon seks atau jumlah kromosom. Chang malah menyoroti peran yang dimainkan oleh molekul yang disebut Xist yang tidak ada dalam sel pria.

Tugas utama molekul Xist adalah menonaktifkan kromosom X perempuan kedua dalam embrio, memastikan bahwa sel-sel tubuh tidak terkena dampak ganda yang berpotensi beracun dari gen pengkode protein kromosom.

“Xist adalah RNA yang sangat panjang, panjangnya 17.000 nukleotida, atau huruf, dan terkait dengan sekitar hampir 100 protein,” kata Chang. Molekul Xist bekerja dengan protein tersebut untuk mematikan ekspresi gen pada kromosom X kedua.

Saat belajar untuk ujian, guna memperbarui izin medisnya sekitar kurang dari satu dekade yang lalu, Chang memperhatikan hubungan itu. Dia melihat bahwa banyak protein yang digunakan Xist untuk mengikat dan membungkam kromosom X, memiliki hubungan dengan gangguan autoimun yang berhubungan dengan kulit. Pasien dengan kondisi ini memiliki autoantibodi yang secara keliru menyerang protein normal tersebut.

Chang bertanya-tanya apakah gumpalan molekul protein yang muncul saat Xist terhubung dengan kromosom X menjadi pemicu penyakit autoimun.

Untuk menyelidikinya, Chang memutuskan untuk mempelajari bagaimana Xist, yang hanya diproduksi secara alami oleh sel betina, akan berfungsi jika dilakukan pada tikus jantan sesuatu yang hanya dimungkinkan oleh rekayasa genetik.

Hal ini, kata dia, akan menjadi langkah pertama dalam menghilangkan kemungkinan penjelasan mengenai kerentanan perempuan terhadap penyakit autoimun, seperti hormon seks atau protein jahat yang dibuat oleh kromosom X kedua yang tidak sepenuhnya dimatikan.

Ketika tikus jantan yang telah dimodifikasi agar memiliki gen penghasil Xist disuntik dengan bahan kimia yang mengiritasi yang menyerupai lupus, tim menemukan bahwa tikus jantan mengembangkan ciri-ciri autoimunitas (autoantibodi) dengan kecepatan yang mendekati tikus betina, menunjukkan bahwa protein yang mengikat ke Xist dapat memicu respon imun.

Eksperimen itu tidak....

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement