Saat ini, para dokter sedang mengerjakan makalah yang meneliti overdosis yang dikaitkan dengan kratom oleh pemeriksa medis. "Sejauh ini, apa yang saya lihat adalah adanya variabilitas yang luar biasa dalam pelaporan dan pengujian,” kata direktur layanan kecanduan Rumah Sakit New Hampshire dan asisten profesor psikiatri Geisel School of Medicine Dartmouth, Cornel N Stanciu.
Pengujian komprehensif masih kurang di kalangan pemeriksa medis karena sebagian besar laboratorium tidak menguji metabolit aktif kratom setelah seseorang meninggal. Kedua, dan yang lebih memprihatinkan, beberapa kematian disebabkan oleh konsumsi obat dan ditambah kratom.
Haddow dari American Kratom Association mengeklaim ada misinformasi yang merajalela terkait dengan risiko kratom. Dia menganjurkan protokol pengujian toksikologi standar untuk lebih menentukan peran zat tersebut dalam overdosis.
Pada 8 Februari 2024, Pengadilan Distrik AS untuk California Selatan meminta agar FDA memberikan bukti pendukung bahwa kratom berbahaya.
"FDA menolak menghadiri sidang dan pengacara AS menjelaskan kepada pengadilan bahwa FDA 'belum menentukan apakah kratom berbahaya'," kata dia.
Belum lama ini, FDA melakukan studi pencarian dosis pada manusia. Hasilnya, tidak ditemukan adanya efek samping signifikan yang terjadi ketika partisipan mengonsumsi kratom, bahkan pada dosis tinggi.
Temuan itu dipresentasikan FDA pada konferensi ilmiah Februari 2024. Menurut FDA, kratom tampaknya dapat ditoleransi dengan baik pada semua tingkat dosis.
"Studi percontohan FDA saat ini mengenai pencarian dosis dilakukan pada sampel kecil dan masih bersifat blinded,: kata juru bicara FDA, seraya memperingatkan bahwa data tersebut masih bersifat awal dan belum divalidasi.
"Kita perlu menunggu hingga analisis akhir untuk menarik kesimpulan atau interpretasi pasti atas hasilnya," kata juru bicara FDA.