Frendy Kurniawan dari ProyekDekolonial mengatakan inisiatif ini mendukung pemahaman akan keteguhan rakyat Palestina (Sumud) dan berupaya memperkuat suara komunitas yang terpinggirkan. “Melalui pemutaran ini, kami mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman dan Sumud rakyat Palestina, serta mendorong audiens untuk terlibat dengan cerita-cerita yang berbicara tentang kondisi kemanusiaan,” kata dia.
Para peserta diskusi juga menyoroti peran sinema Palestina sebagai bentuk perlawanan terhadap narasi dominan yang sering kali keliru atau diabaikan oleh media internasional. Penonton dihadapkan pada realitas mencolok yang tergambar di layar, memicu perdebatan tentang tanggung jawab pembuat film untuk mewakili orang-orang mereka dengan autentik.
Film-film yang diputar selama Palestine Cinema Days memiliki potensi untuk mendorong pemahaman dan empati yang melampaui batas. Ketika narasi dapat dengan mudah dimanipulasi atau diabaikan, ekspresi sinematik ini menuntut perhatian dan tindakan.
Acara ini menjadi ajakan bagi solidaritas dan refleksi, membuktikan bahwa sinema dapat menjadi jembatan untuk memahami perjuangan rakyat Palestina. Kutipan dari film Aida Returns menutup acara dengan pernyataan yang menyentuh, "Mereka melawan kita dengan segala cara, tapi dalam satu hal mereka tidak bisa mengalahkan kita: ingatan kita".