Dalam menghadapi kondisi ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh jenama lokal agar tetap relevan dan bertahan di pasar:
Fokus pada cash flow
Banyak pendiri jenama lokal masih keliru dalam memahami perbedaan antara profit dan cashflow. Memiliki bisnis yang menguntungkan tidak otomatis berarti memiliki arus kas yang sehat.
Profitabilitas hanya mencerminkan keuntungan di atas kertas, sementara cash flow adalah faktor utama yang menentukan apakah bisnis bisa bertahan dari hari ke hari. Oleh karena itu, pemilik jenama harus memastikan arus kas tetap positif dengan merencanakan pengeluaran secara detail, termasuk dalam hal pembelian inventaris dan pengurangan biaya yang tidak perlu.
Jika pemahaman tentang cashflow masih kurang, sangat disarankan untuk melibatkan ahli keuangan yang dapat membantu mengelola arus keuangan dengan lebih baik.
Cashflow vs growth
Dalam menjalankan bisnis, terutama bagi jenama lokal yang sedang berkembang, banyak pendiri yang terjebak dalam obsesi mengejar pertumbuhan (growth) tanpa mempertimbangkan kesehatan arus keuangan (cashflow). Mengingat tanpa cashflow yang stabil, pertumbuhan yang cepat justru bisa menjadi bumerang.
Mengambil pendanaan
Menunggu valuasi yang lebih tinggi bisa menjadi keputusan yang berisiko, terutama di masa ketidakpastian seperti saat ini. Hypefast mengingatkan ini bukan waktu yang tepat untuk bersikap idealis terhadap valuasi bisnis. Jika ada investor yang bersedia memberikan pendanaan, sebaiknya kesempatan ini dimanfaatkan untuk menjaga keberlanjutan bisnis, memastikan arus kas tetap sehat, dan memberikan ruang bagi jenama untuk menyusun strategi pertumbuhan yang lebih efektif.
Hypefast mengimbau tujuan utama sebaiknya bukan sekadar bertumbuh cepat, tetapi mencapai tahap self-sufficient. Yakni kondisi di mana bisnis tidak hanya profitable, tetapi juga memiliki cashflow positif.
Dengan begitu, bisnis bisa bertahan dalam situasi ekonomi yang sulit dan tidak bergantung sepenuhnya pada investor atau pinjaman.
“Para founder brand lokal harus realistis dalam menghadapi situasi ini. Ini bukan saatnya untuk idealisme berlebihan, tetapi untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dengan strategi yang lebih matang,” kata Achmad.