Pada 2023, Aldila mencetak sejarah dengan menembus semifinal ganda campuran, prestasi tertinggi Indonesia di nomor itu sepanjang masa. Bersama Matwe Middelkoop, ia mengalahkan pasangan-pasangan unggulan dan menunjukkan bahwa petenis Indonesia tak hanya hadir untuk melengkapi undian.
Di sektor ganda putri, Aldila juga dua kali menembus babak ketiga (2023 dan 2024). Gaya mainnya tak meledak-ledak, tapi cerdas dan sabar. Ia bukan kenanga yang mencolok warna atau bentuknya, tapi harumnya tidak mudah dilupakan.
Tahun ini, Aldila akan bermain di nomor ganda putri. Berpasangan dengan petenis Jepang, Eri Huzumi, Dila akan berusaha melangkah lebih jauh pada petualangan teranyarnya di Inggris.
Petenis putri Indonesia di Wimbledon bukan hanya soal statistik atau hasil pertandingan. Mereka merupakan simbol dari daya tahan, kerja sunyi, dan mimpi yang dibawa jauh melintasi benua. Mereka tumbuh bukan di akademi elite atau cuaca yang mendukung, tapi di lapangan semen panas dan sistem yang terbatas.
Namun, mereka datang dengan raket, tekad, dan cinta terhadap permainan ini. Setiap langkah mereka di rumput hijau itu, seperti satu helai bunga Kenanga yang jatuh perlahan, diam-diam menambahkan harum pada sejarah tenis dunia.
Wimbledon akan terus menyuguhkan bunga-bunga khas Eropa mawar Inggris, lavender Perancis, atau tulip Belanda. Tapi kenanga dari Indonesia pernah dan masih menebar jejak di sana.
Bukan yang paling kuat, bukan pula yang paling mencolok. Tapi kenanga tahu cara bertahan. Dan petenis putri Indonesia, dari Lita, Lany, Yayuk, Angie, Wynne, hingga Aldila, telah membuktikannya. Harum itu belum hilang. Mungkin bahkan sedang menunggu waktu untuk kembali mekar, di tengah putih dan hijau rumput Wimbledon.
