Penting untuk diingat bahwa emotional eating tidak selalu buruk. "Makan malam sambil menonton film atau membuat kue bisa menjadi pengalaman emosional yang positif," kata ahli gizi Rachael Hartley.
Kuncinya adalah melakukannya dengan kesadaran dan niat (mindfulness), bukan secara impulsif. "Makanan jarang memperbaiki masalah dan tidak dapat membantu Anda memproses hal-hal sulit, jadi kita harus melihat melampaui makanan sebagai cara untuk mengatasi tantangan," kata dia lagi.
Menurut dia, makan tidak boleh menjadi satu-satunya alat penanganan masalah Anda. Jika mendapati diri makan secara emosional dan merasa tidak dapat mengendalikannya, ingatlah untuk bersikap baik pada diri sendiri. Seperti yang dikatakan oleh ahli diet Priya Tew, ini adalah masa untuk menjaga diri sendiri dan menyehatkan tubuh dengan cara terbaik yang Anda bisa. "Meskipun pola makan seimbang selalu menjadi tujuan, tidak apa-apa untuk makan secara berbeda saat ini tanpa rasa bersalah, cemas, atau takut," ujarnya.
Dilansir laman Cleveland Clinic, psikolog dr David Creel mengatakan ketika kita mampu menunjukkan sedikit kelembutan dan belas kasih pada diri sendiri, maka kita dapat berkata, "Hei, meskipun aku tidak senang melakukan ini, aku melihat faktor-faktor yang mungkin menyebabkannya, dan aku bisa mengubahnya di masa depan". Pada akhirnya, mengelola emotional eating adalah perjalanan untuk lebih memahami diri sendiri, menemukan cara baru untuk menenangkan emosi, dan yang terpenting, memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan.
