Robinson-Foster mengatakan kepada The Guardian pada 2024 bahwa ia menghadiri aksi pro Palestina pertamanya pada usia 15 tahun dan mengingat perasaan orang-orang bersatu dan menggunakan suara mereka.
Pada awal 2025, mereka tampil di Coachella untuk pertama kalinya, sebuah tanda meningkatnya popularitas global mereka. Penampilan di Glastonbury, di panggung West Holts, seharusnya menjadi puncak kesuksesan ini. Mereka bermain sebelum Kneecap yang juga lantang menyuarakan dukungan untuk Palestina.
Banyak penonton membawa bendera Palestina saat mereka tampil. Latar belakang panggung menampilkan pesan-pesan seperti “Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutnya genosida. BBC menyebutnya 'konflik'".
Pada satu titik, Robinson-Foster mengatakan kepada penonton, “Terkadang kita harus menyampaikan pesan kita dengan kekerasan, karena itulah satu-satunya bahasa yang dipahami sebagian orang, sayangnya”. Namun, chant "Death to the IDF" itulah yang menyebabkan pihak penyelenggara Glastonbury secara terbuka meminta maaf dan Departemen Luar Negeri AS bertindak.
Sejak awal pemerintahan Trump, sejumlah musisi mengeluh tentang meningkatnya kesulitan untuk melakukan tur di AS. Pada Maret, anggota band punk rock Inggris UK Subs dilarang masuk ke AS, yang menurut pemain bas mereka, Alvin Gibbs, dicurigai sebagian karena oposisi mereka yang vokal dan sering terhadap Trump.
Kneecap juga kehilangan visa AS setelah mereka tidak lagi disponsori visa dan agen booking Independent Artist Group (IAG). Langkah itu terjadi setelah penampilan Coachella grup tersebut pada April, di mana mereka menampilkan pesan-pesan seperti "Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina" dan "Perset*n Israel. Bebaskan Palestina".
Mereka mengatakan saat ini sedang mencari sponsor visa baru. Namun, insiden dengan Bob Vylan tampaknya menjadi kali pertama Departemen Luar Negeri AS secara publik mengumumkan pelarangan artis musik karena pernyataan politik. Grup ini juga telah dicabut kontraknya oleh agen mereka.
Sejumlah musisi dan komentator menyatakan bahwa kemarahan yang muncul tidak proporsional. Grup punk Australia Amyl and the Sniffers, yang juga tampil di Glastonbury, mengatakan Bob Vylan dan Kneecap secara tidak adil dijadikan sasaran, padahal sentimen pro Palestina adalah tema sentral festival yang dihadiri 250 ribu orang tersebut.
"Media Inggris gempar tentang Bob Vylan dan Kneecap, tetapi para artis sepanjang akhir pekan di Glastonbury, dari pop hingga rock hingga rap hingga punk hingga DJ, berbicara di atas panggung, dan ada banyak bendera di setiap set yang disiarkan. Mencoba membuatnya terlihat seperti hanya beberapa insiden terisolasi dan beberapa 'band buruk' sehingga tampaknya publik tidak antigenosida seperti yang sebenarnya," kata Amyl and the Sniffers.
View this post on Instagram