Ahad 23 Apr 2023 11:10 WIB

Sering Dikira Fakta, 5 Efek Makanan Terhadap Jantung Ini Hanya Mitos

Makanan bisa memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan jantung.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Kesehatan jantung (ilustrasi). Salah satu faktor risiko perilaku paling penting untuk penyakit jantung dan strok adalah pola makan tidak sehat.
Foto:

Mitos: Daging Merah Harus Dijauhi Sepenuhnya

Konsumsi daging merah berlebih memang tampak berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kematian. Namun, peningkatan risiko ini sebenarnya tak begitu drastis. Studi dari Northwestern University Feinberg School of Medicine dan Cornell University pada 2020 misalnya, menemukan abhwa konsumsi dua porsi daging merah berukuran 3,5 ons per pekan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 3-7 persen dan risiko kematian sebesar 3 persen.

Yang kerap menjadi masalah dalam konsumsi daging merah adalah sajian daging merah kerap dikombinasikan dengan banyak saus, kentang goreng, dan minuman bersoda. Saus dan kentang goreng biasanya mengandung sodium tinggi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Kentang goreng juga tinggi akan kandungan lemak trans yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung. Di sisi lain, konsumsi soda biasa dan soda diet juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Daging merah boleh dikonsumsi dalam jumlah secukupnya. Selain itu, akan lebih baik bila menghindari potongan daging yang mengandung banyak lemak.

Mitos: Boleh Makan Bebas karena Sudah Minum Obat

Sebagian pasien jantung biasanya mengonsumsi obat penurun kolesterol atau statin. Karena merasa sudah meminum obat penurun kolesterol, beberapa pasien mungkin merasa mereka bebas untuk menyantap apa pun.

"Saya memiliki pasien yang makan di restoran dan berpikir bahwa mereka bisa makan apapun bila mereka minum obat kolesterol," jelas Dr Masley.

Anggapan ini sangat keliru karena penggunaan obat penurun kolesterol juga perlu diimbangi dengan perbaikan pola makan dan gaya hidup. Salah satu alasannya, obat statin tak bisa bekerja optimal bila tak diimbagi dengan pola makan dan gaya hidup yang sehat. Selain itu, gaya hidup dan pola makan yang buruk bisa memicu terjadinya obesitas. Obesitas, lanjut Dr Masley, merupakan salah satu faktor risiko besar dari penyakit jantung dan pembuluh darah.

Mitos: Memperbaiki Pola Makan tak Memperbaiki Kerusakan Jantung

Dokter spesialis bedah jantung Dr Philip Ovadia mengatakan tak ada kata terlambat untuk merawat jantung. Meski sudah terdiagnosis dengan penyakit jantung, perbaikan pola makan dan gaya hidup tetap dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan pasien.

Dr Ovadia mengatakan sebagian pasien-pasiennya yang telah menjalani operasi jantung memutuskan untuk lebih memperhatikan pola makan dan gaya hidup mereka. Kini, pasien-pasien tersebut berhasil mencapai perbaikan kesehatan yang sangat besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement