AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Apa yang harus dilakukan orang tua jika anak sudah terpapar judi online, bahkan menunjukkan tanda-tanda kecanduan? Psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan menyarankan untuk segera membawa anak ke psikolog profesional.
Disampaikan Sani, psikolog akan melakukan sejumlah langkah untuk menekan impulsivitas pasien. Artinya, lebih meningkatkan logika berpikir dan realita, dibanding khayalan. Kemudian, diberikan terapi kognitif perilaku (CBT) untuk melatih cara berpikir kognitif dan mengubah perilakunya.
"Cuma, yang terpenting adalah support system. Tentu orang tua menjadi yang diandalkan untuk menyelamatkan anak. Terutama, kalau akibat judi online, anak sudah mencuri, menghalalkan berbagai cara, harus ditelurusi one by one, step by step," kata Sani kepada Republika.co.id, Selasa (10/10/2023).
Anak atau remaja yang terpapar judi online bisa berujung pada berbagai kondisi yang tidak diinginkan. Misalnya, belajar atau sekolah tidak lagi menjadi prioritas bagi mereka, terlilit utang dalam jumlah besar, berbohong sana sini, mencuri, hingga dijauhi oleh teman sebaya.
Sani menyampaikan, banyak aspek kehidupan yang bisa teganggu, baik aspek sosial, emosional, moral, juga akademis. Tidak jarang remaja yang menipu malah tertangkap sebagai kriminal. Anak atau remaja yang terjerat judi online pun sangat berpotensi terganggu kejiwaannya.
Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu menyampaikan, tidak sedikit anak atau remaja yang kecanduan judi online menjadi stres berkepanjangan. Situasi kejiwaan itu dapat mengarah pada depresi, perilaku melukai diri sendiri, hingga percobaan untuk mengakhiri hidup.
Itu sebabnya peran orang tua dalam mendampingi anak sangat penting. Misalnya, orang tua bisa berusaha memperbaiki relasi sosial anak yang sudah telanjur terganggu serta dalam aspek lain. "Jika anak sudah depresi, bawa ke psikiater untuk diberikan antidepresan," ungkap Sani.
Terkait penyebab anak dan remaja terpapar judi online, Sani menyebutkan beberapa pemicu. Di era serbadigital, bisa jadi remaja tergiur ingin cepat kaya tanpa usaha dan proses, sehingga akhirnya mencoba-coba judi online. Itu ditambah dengan iming-iming hasil besar yang bisa didapat.
Ketika mulai mencoba, mungkin remaja kalah dan terus penasaran mengulanginya hingga menjadi kecanduan. Bisa juga mengalami kemenangan kecil, tapi kalah cukup banyak sehingga mencoba terus dengan harapan kekalahan tadi bisa ditutup, padahal kemenangan tak kunjung datang.
Selain itu, di era digital, Sani menyebut banyak paparan iklan terselubung tentang judi online, juga konten orang yang terlihat kaya dengan cepat dan instan. "Khayalan itu membuat anak dan remaja terblokir logika, realita berpikir, dan critical thinking, karena sudah dibayangi hidup nyaman tanpa kerja keras," tutur Sani.