Salma menyesali dampak psikologis dan fisik perang terhadap perempuan. Karena banyak dari mereka tidak hanya dicekam oleh kekhawatiran seperti kesehatan menstruasi tetapi juga bagaimana cara merawat anak-anak mereka.
“Dalam perang, kami dipaksa melakukan apa pun yang kami bisa. Tidak pernah ada pilihan," kata Salma.
Lebih dari 1,4 juta orang telah menjadi pengungsi di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Mereka hidup dalam kondisi yang memprihatikan. Mereka berdesakan di sekolah PBB yang diubah menjadi tempat penampungan, sehingga tidak ada ruang untuk privasi.
Dampak serangan Israel, yang kini memasuki hari ke-25, sangat menghancurkan. Lebih dari 8.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, perempuan biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi, seperti perubahan suasana hati dan nyeri perut bagian bawah dan punggung. Gejala-gejala ini dapat memburuk pada saat stres seperti perang yang sedang berlangsung. Selain itu, bisa juga terjadi peningkatan gejala fisik yang berhubungan dengan menstruasi, seperti sakit perut dan punggung, sembelit dan kembung.
“Perpindahan menyebabkan stres yang ekstrim dan itu mempengaruhi tubuh wanita serta hormonnya,” ujar Adnan.
Adnan menambahkan, wanita mungkin mengalami insomnia, rasa gugup terus-menerus, dan ketegangan ekstrem. Adnan mengatakan, saat ini lebih banyak perempuan yang bersedia meminum pil penunda menstruasi untuk menghindari rasa malu karena kurangnya kebersihan, privasi, dan produk kesehatan yang tersedia.
Adnan mengatakan, dalam keadaan normal, berkonsultasi dengan dokter sebelum meminum tablet ini penting untuk mengetahui efek pil samping pil tersebut dan penggunaannya yang berkelanjutan terhadap kesehatan fisik wanita. “Hal ini dapat mempengaruhi perubahan hormonal alami seorang wanita, tanggal menstruasinya di bulan berikutnya, jumlah darah yang keluar, dan apakah menstruasinya berhenti,” kata Adnan.
Samira al-Saadi, yang mengungsi bersama keluarganya di sebuah sekolah yang dikelola PBB di sebelah barat Khan Younis, berharap dia bisa berbuat lebih banyak untuk putrinya yang berusia 15 tahun. Putri Samira mendapat menstruasi pertamanya beberapa bulan lalu. Putri Samira kewalahan karena baru saja mulai menstruasi dan harus mengatur menstruasinya di tempat penampungan yang padat.
“Dia membutuhkan pembalut dan air untuk mencuci, tapi kebutuhan dasar ini tidak tersedia," ujar Samira.
Salma khawatir jika putrinya mengonsumsi....