Samira khawatir jika putrinya mengonsumsi pil penunda menstruasi akan berdampak pada kesehatannya. “Dia tidak mengerti kenapa dia harus melalui semua ini. Saya mencoba membantunya, tapi apa yang dia butuhkan tidak ada," kata Samira.
Warga Gaza lainnya, Ruba Seif yang tinggal di tempat penampungan bersama keluarganya mengatakan, dia tidak dapat menahan kram di perutnya saat menstruasi. Selain itu, dia juga kelelahan karena kurang tidur dan kedinginan ketika malam hari.
“Tidak ada privasi, tidak ada air di kamar mandi, dan kami tidak bisa keluar dengan mudah untuk mencari apa yang kami butuhkan. Saya tidak dapat menahan kram menstruasi selain rasa takut yang terus-menerus kami alami, kurang tidur, dan kedinginan karena tidak cukup selimut," ujar Ruba.
Ruba sibuk mengasuh keempat anaknya. Anak sulungnya berusia 10 tahun dan anak bungsunya berusia dua tahun. Ruba akhirnya meminta tolong kepada kakaknya untuk mencarikan obat penunda haid. Setelah mencari di beberapa apotek akhirnya dia menemukannya.
“Wanita lain di sekitar saya di sekolah meminta pil ini kepada saya. Salah satu dari mereka mengatakan kepada saya bahwa dia telah melalui masa terburuk dalam hidupnya. Saya tahu efek samping negatifnya, tapi pil ini jauh lebih berbahaya daripada misil, kematian, dan kehancuran di sekitar kita," ujar Ruba.