Ada juga kecenderungan depresi yang lebih parah pada orang yang suhu tubuhnya tetap stabil selama periode 24 jam, namun temuan tersebut tidak signifikan secara statistik. Ini bukan pertama kalinya depresi dan suhu tubuh dikaitkan, meskipun hanya bersifat tentatif.
Belum bisa dikatakan dengan pasti apakah depresi meningkatkan suhu tubuh, atau apakah suhu tubuh yang lebih tinggi dari rata-rata merupakan faktor risiko depresi. Tim peneliti juga tidak tahu penyebab suhu tubuh yang lebih tinggi pada orang yang mengidap depresi.
Penulis utama studi Ashley Mason, seorang profesor psikiatri di Institut Neurosains Weill Universitas California San Francisco di AS, tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh. Apalagi, depresi juga menjadi masalah umum di berbagai negara di dunia.
"Setahu kami, ini adalah penelitian terbesar hingga saat ini yang meneliti hubungan antara suhu tubuh dan gejala depresi dalam sampel yang luas secara geografis. Mengingat meningkatnya angka depresi di Amerika Serikat, kami gembira dengan kemungkinan adanya jalan baru untuk pengobatan," tutur Mason.