Saat ditanya harus bagaimana sebaiknya perempuan yang mengalami KDRT untuk membongkar masalah ini dan mendapatkan pertolongan mengingat terkadang kasus baru cepat selesai ketika sudah menjadi viral, Sri Juwita menjawab jika pasangan sudah menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan, misalnya intonasi sering meninggi atau meningkat padahal tidak ada bahasan yang sensitif, sering membentak atau bahkan memberikan gestur, ingin memukul, sering di bawah pengaruh alkohol, perlu ada persiapan untuk menyelamatkan diri. Dia menyebutkan dampak sering di bawah pengaruh alkohol adalah tidak mampu mengontrol perilaku dan sangat mungkin melakukan hal-hal yang membahayakan untuk keluarga.
“Siapkan dokumen-dokumen penting dan kebutuhan penting untuk diri dan anak dalam satu tas, jadi jika ingin ‘kabur’ dari rumah gampang untuk mengambil satu tas tersebut. Siapkan nomor-nomor darurat, seperti orang tua atau keluarga yang bisa diakses, rumah sakit dan/atau kantor polisi terdekat. Jangan malu mencari pertolongan, nyawa Anda dan anak yang menjadi taruhannya,” jelasnya.
Di sisi lain, Sri Juwita juga menyebutkan kalau masalah rumah tangga secara umum, di luar KDRT, tidak disarankan untuk dibagikan ke media sosial. Sebab orang lain tidak akan paham duduk perkaranya. Selain itu juga belum tentu orang yang memiliki masalah memperoleh respons sesuai dengan harapan .
Jika memang belum terlalu berat, kata Sri Juwita, bisa diusahakan untuk berdiskusi dengan pasangan. Yaitu, mencari alternatif solusi, bernegosiasi, atau mungkin memang ada hal-hal yang harus diterima.
“Selain itu, jangan malu untuk mencari pertolongan profesional untuk dapat pendampingan yang tepat,” ujarnya.