Rabu 07 May 2025 14:14 WIB

Trump Berencana Menaikkan Tarif Impor Film, Apa Pengaruhnya Bagi Perfilman Indonesia?

Menurut pengamat, Indonesia termasuk negara yang didominasi film-film dari Amerika.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi Gedung Bioskop. Rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif impor hingga 100 persen terhadap film produksi luar AS dinilai tak akan berdampak langsung pada Indonesia.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi Gedung Bioskop. Rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif impor hingga 100 persen terhadap film produksi luar AS dinilai tak akan berdampak langsung pada Indonesia.

AMEERALIFE.COM, JAKARTA — Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan tarif impor hingga 100 persen terhadap film produksi luar AS dinilai tidak akan berdampak langsung pada industri perfilman Indonesia. Hal ini disampaikan oleh pengamat film Yan Widjaya.

Yan menerangkan film-film produksi Amerika yang diproduksi ataupun syuting di Indonesia tergolong sangat langka. Menurut catatannya, hanya ada dua film AS yang diproduksi di Indonesia yakni Eat Pray Love (2010) yang menggelar syuting di Bali, serta Mile 22 (2018) yang mengambil gambar di Monas Jakarta.

Baca Juga

“Sangat langka film AS yang berlokasi di Indonesia. Mungkin hanya dua film itu yang mengambil gambar di Indonesia. Jadi tidak ada dampaknya bagi perfilman kita,” kata Yan saat dihubungi Republika.co.id pada Rabu (7/5/2025).

Meski begitu, Yan mengingatkan secara global, film tetap menjadi salah satu produk ekspor utama AS setelah senjata. Industri film Amerika telah mendominasi bioskop di berbagai negara, termasuk Indonesia.

“Indonesia termasuk negara yang didominasi oleh film-film dari Amerika. Hanya tiga negara yang masyarakatnya lebih mencintai film lokal dibandingkan impor yaitu China, India, dan Jepang,” jelas Yan.

Namun Yan menyoroti adanya tren positif dalam dua tahun terakhir, di mana jumlah penonton film Indonesia justru melampaui film impor. Menurutnya, ini membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara keempat yang perfilman domestiknya lebih diminati ketimbang film asing.

Yan juga mendorong agar pemerintah melihat kondisi ini sebagai momentum untuk memperkuat pondasi industri film nasional. Salah satu langkah strategis yang dia usulkan adalah memperluas akses bioskop bagi masyarakat, khususnya yang hanya menayangkan film Indonesia.

“Saat ini kita hanya memiliki sekitar 2.200 layar bioskop di seluruh Indonesia, seyogyanya minimal 5.000 layar agar bisa menjangkau lebih banyak penonton. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan harga tiket yang terjangkau untuk memperluas basis penonton,” kata Yan.

Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan tarif impor sebesar 100 persen terhadap film-film yang diproduksi di luar Amerika Serikat. Langkah ini diklaim sebagai upaya menyelematkan industri film domestik yang menurutnya sedang mengalami kemunduran drastis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement