AMEERALIFE.COM, BANDUNG -- Perkumpulan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) mengungkapkan empat faktor risiko penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu darah tinggi, merokok, diabetes dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih peduli mengecek kondisi kesehatan tersebut dan menerapkan budaya hidup sehat.
Ketua Umum PP Perki dr Ade Meidian Ambari mengatakan pencegahan terhadap risiko penyakit jantung dan pembuluh darah mutlak dilakukan dibandingkan mengobati. Ia menyebut salah satu yang harus dilakukan adalah menerapkan budaya sehat agar empat risiko penyebab penyakit seperti darah tinggi, diabetes dan kolesterol terkontrol serta tidak merokok.
"Pencegahan penting daripada mengobati, sederhana tapi susah dijalankan," ucap dr Ade di acara Bridging Global Guidelines with Local Practices: Customizing Cardiovascular Prevention, Rehabilitation Care and Sports Cardiology in Indonesia di Hotel Pullman, Bandung akhir pekan ini.
Data yang dihimpun oleh Perki, ia menyebut satu dari tiga orang yang meninggal dunia di Indonesia karena penyakit kardiovaskular. Selain itu, kasusnya di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara.
Dr Ade menyebut diperkirakan hingga tahun 2050 bakal banyak masyarakat yang meninggal akibat penyakit tersebut mencapai 35 juta orang. Meski sudah terdapat BPJS Kesehatan, ia mengatakan biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi penderita jantung dan pembuluh darah tinggi serta kualitas hidup penderita yang cenderung menurun.
Di tengah kondisi tersebut, dr Ade menilai kesadaran masyarakat terhadap budaya sehat masih rendah. Oleh karena itu, salah satu yang dilakukan adalah mengedukasi masyarakat khususnya di tingkat SMP dan SMA tentang budaya hidup sehat dan tentang penyakit jantung dan pembuluh darah.
Selain itu, masyarakat dapat melakukan deteksi dini penyakit tersebut dengan melakukan skrining ke fasilitas kesehatan.
dr Abdul Halim pokja prevensi dan rehabilitasi Perki mengatakan terdapat 10 aksi pencegahan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu menciptakan lingkungan sehat dan budaya hidup sehat sejak dini. Melakukan deteksi dini dan mengelola faktor risiko.
Selain itu, rehabilitasi bagi pasien pascaterkena serangan jantung, skrining dan penguatan layanan di rumah sakit. "Kuncinya adalah kolaborasi," kata dia.