Ia berujar, ide menggarap Jumbo bukan cuma karena Visinema ingin membuat film animasi. Ia beralasan, film animasi justru dipilih karena Visinema menemukan fakta masih banyak anak Indonesia yang belum memiliki akses ke hiburan yang berkualitas.
"Ini ada anak-anak yang nggak dapat askes hiburan berkualitas dan pendidikan, jadi kalau kita bisa mengisi itu, kita coba jadi solusi," katanya.
Membuat film dinilai Angga bukan semata hanya bikin film. Ia menegaskan, perlu ada visinya lebih dulu.
Bagi Angga bila hanya ingin membuat film laris, ia tentu tidak akan mengerjakan film animasi seperti Jumbo. Sebagai informasi, Jumbo dikerjakan sejak tujuh tahun lalu.
Anggaran untuk menggarap Jumbo hingga kelar disebut Angga bisa digunakan untuk memproduksi dua kali film Mencuri Raden Saleh. Film Mencuri Raden Saleh yang tayang tahun 2022 diproduksi dengan nilai lebih dari Rp 20 miliar.
"Film animasi gede banget bujetnya kalau cuma ditarget jadi box office hits," katanya.
Lalu ketika ditanya bagaimana seniman film zaman sekarang harus menyeimbangkan antara produk komersial yang laris dengan faktor karya seni yang menawan?
Jawab Angga, pekerja film harus mengambil sikap menjadi non binaries. Katanya, art vs commerce, global vs local, artist vs entrepreneur itu tidak boleh ada lagi. Pekerja film saat ini harus berpikir komprehensif dengan mempertimbangkan semua faktor.
"Jadi waktu kita berpikir kreatif, waktu kita berpikir soal seninya kita juga berpikir soal komersialnya. Waktu kita berpikir soalnya lokalnya kita juga berpikir soal globalnya. Waktu kita berpikir sebagai seniman kita juga berpikir sebagai pengusaha, jadi kita pikirkan semuanya. Non binary," jelas Angga.
Saat ini dunia sudah tidak sama seperti dulu. Dunia seakan tak berbatas. Bahkan bahasa pun sudah tidak terlalu jadi halangan. Karena itu ia memilih berpikir dengan cara-cara baru ketika membuat film.
Inovasi kemudian dinilainya sangat penting dalam berkarya, jangan hanya ikut tren. "Jadilah lokomotif. Penonton itu butuh banget yang baru, yang fresh," katanya.
Film Indonesia banyak, tapi bosan...
