Senin 16 Jun 2025 09:46 WIB

Film Besar Butuh Visi Besar, Apa Selanjutnya Setelah Jumbo?

Angga mengharapkan rekor film Jumbo sesegera mungkin dipecahkan film lain.

Red: Indira Rezkisari
 Angga Dwimas Sasongko, pendiri dan CEO Visinema sekaligus producer film animasi Jumbo.
Foto:

Republika juga bertanya ke Angga tanggapannya mengenai banyak film Indonesia di bioskop tapi didominasi oleh cerita yang monoton atau kurang greget bagi penonton. Angga mengatakan, industri film Indonesia masih memiliki ruang berkembang yang sangat besar.

Karena itu dibutuhkan inovasi terus menerus. "Kalau kita nggak sadar kalau kita butuh tumbuh sebagai pembuat film, sebagai produser, perusahaan, akibatnya yang fatique penonton," ujarnya.

Angga pun berharap kesuksesan film Jumbo bisa segera dikalahkan oleh film lain sesegera mungkin. Bila itu terjadi artinya film Indonesia tumbuh ke arah yang tepat.

"Yang mau coba saya sampaikan lewat Jumbo ke teman-teman adalah commitment to the craft," katanya. Keberhasilan Jumbo diharapkan Angga tidak sekadar diikuti pembuat film lain akibat FOMO atau ikut-ikutan tren saja.

Ia ingin melihat teknologi yang lebih canggih, animasi yang lebih bagus, pekerjaan yang tidak asal-asalan. Baginya, itu yang membuat kompetisi di dunia film sehat yang bisa membuat penonton dan industrinya tumbuh secara jangka panjang.

Di tahun 2024, jumlah penonton bioskop Indonesia naik 10 persen menjadi lebih dari 126 juta. Sebanyak 80 juta di antaranya datang untuk menonton film lokal. Angka ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah, dengan pangsa pasar lokal mencapai 65 persen.

Film Jumbo sendiri dikerjakan oleh lebih dari 400 kreator di seluruh Indonesia. Visinema bekerja sama dengan belasan studio animasi lokal.

Agen penjualan film Jumbo telah menjalin kerja sama distribusi ke lebih dari 30 negara. Film Jumbo adalah bukti bahwa animasi dan cerita dari Indonesia bisa menjejak secara global.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement