Tak lama setelah itu, O'Connor membuat cicitan baru berisikan permintaan maafnya. O'Connor menyadari bahwa dia tak seharusnya membuat unggahan seperti itu.
"Saat ini saya bersama dengan polisi dalam perjalanan ke rumah sakit. Saya minta maaf karena telah membuat orang-orang gundah. Saya merasa tersesat tanpa anak saya dan saya membenci diri saya," ungkap O'Connor.
Namun, O'Connor juga mengatakan bahwa rumah sakit hanya akan membantu untuk sementara waktu. Cepat atau lambat, lanjut O'Connor, dia akan menyusul dan menemui sang anak.
Dalam memoar Rememberings yang dirilis pada 2021, O'Connor juga sempat bercerita mengenai tindak kekerasan yang dia terima dari ibunya semasa kecil. Tindak kekerasan ini menyisakan trauma mendalam di diri O'Connor.
"Saya menderita sebuah kondisi bernama gangguan stres pascatrauma (PTSD) akibat peristiwa yang saya lalui saat beranjak dewasa," ungkap O'Connor.
Masalah kesehatan fisik O'Connor juga turut berimbas pada perburukan kesehatan mentalnya. Pada 2015, O'Connor sempat menjalani prosedur histerektomi radikal untuk mengelola masalah endometriosis yang dia idap. Histerektomi merupakan sebuah prosedur yang dilakukan untuk mengangkat rahim.
Menurut O'Connor, prosedur tersebut sangat memicu kondisi PTSD-nya. O'Connor bahkan harus dirawat beberapa kali di rumah sakit jiwa setelah menjalani prosedur histerektomi.
"Saya melihat diri saya sebagai seorang anjing rescue (yang diselamatkan dari kondisi buruk). Saya akan baik-baik saja sampai Anda menempatkan saya pada situasi yang membangkitkan trauma saya, meski itu hanya sebuah aroma samar," ujar O'Connor.