AMEERALIFE.COM, JAKARTA -- Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengungkapkan puasa intermiten atau pola diet dengan batasan waktu yang melibatkan pergantian antara periode puasa dan makan, memiliki potensi sebagai salah satu cara untuk mencegah risiko kanker. Meskipun demikian, perlu penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme dan efektivitas puasa intermiten dalam pencegahan kanker.
Pola diet ini bekerja dengan cara membatasi asupan kalori dan memberikan waktu bagi tubuh untuk melakukan perbaikan seluler serta mengurangi peradangan. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat memengaruhi jalur metabolisme yang terkait dengan perkembangan kanker, seperti mengurangi kadar insulin dan faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1).
"Justru puasa intermiten untuk mencegah kanker," kata Ketua Umum YKI Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP saat ditemui usai diskusi ”Kanker Tidak Menunggu, Kenapa Kita Menunggu? Deteksi Dini, Selamatkan Hidup” di Jakarta Pusat pada Rabu (19/2/2025).
Aru menjelaskan, pembagian waktu ideal puasa intermiten adalah 16/8 atau 16 jam berpuasa dan 8 jam makan. Selain itu, bisa juga diterapkan diet OMAD (One Meal a Day) yakni makan satu kali dalam sehari.
Puasa intermiten disarankan untuk mencegah kanker karena saat tidak mendapatkan asupan makan, metabolisme tubuh akan mengonsumsi sel-sel tidak berguna atau berbahaya, termasuk sel kanker. "Badan kamu nanti akan kebingungan mencari energi, jadi dia mengambil sel-sel yang tidak ada gunanya dalam tubuh, sel-sel yang beracun, sel-sel yang toksik. Kita harapkan sel-sel kanker yang baru mau mulai dia dimakan sama tubuh," ujar Aru.
Saat sudah memasuki jam makan, Aru menekankan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Ia juga menganjurkan untuk mengurangi atau menghindari konsumsi daging merah dan ultra processed food, makanan yang sudah diproses secara industri dan mengandung banyak bahan tambahan.
"Pada jam makannya harus yang bagus. Makan yang seimbang, ada sayur, buah, karbohidratnya jangan banyak-banyak, protein, yang penting jangan kebanyakan daging merah," ucapnya.
Diet puasa intermiten bisa dilakukan lima hari dalam sepekan, selang-seling, atau pola jadwal lain sesuai keinginan. Saat menjalani puasa di bulan Ramadhan, Aru menganjurkan berbuka puasa hanya dengan minum air putih dan mulai mengonsumsi makanan berat setelah ibadah sholat tarawih.
"Jadi begitu Maghrib cuma minum air putih, karena baru 12 jam kan. Mungkin sudah Isya baru makan supaya tetap 16 jam (berpuasa)," kata dia.