Jumat 16 Jun 2023 10:12 WIB

Jalani Transplantasi Rahim, Apakah Pria Bisa Haid dan Hamil?

Selebritas transgender Lucinta Luna mengaku haid dan pernah hamil.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Ibu hamil (Ilustrasi). Transplantasi rahim masih termasuk prosedur eksperimental pada wanita.
Foto:

Transplantasi rahim untuk transgender

Dalam prosedur cangkok rahim, ada juga pertimbangan hormonal dan anatomis. Ini berarti bahwa tidak mungkin untuk langsung menerjemahkan prosedur ini ke dalam populasi transgender.

"Jadi untuk memastikan bahwa prosedur ini aman dan efektif, banyak penelitian perlu dilakukan pada model komputer, hewan, dan kadaver (donor yang sudah meninggal)," kata Brännström.

Brännström menyebut bahwa dunia medis belum cukup sampai di sana dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Itu harus dimulai dengan penelitian mentransplantasikan rahim ke hewan jantan secara biologis.

"Untuk membuat ini berhasil pada wanita saja, kami melakukan banyak penelitian selama 10 sampai 15 tahun pada hewan, pada model hewan betina," katanya.

Di sisi lain, transplantasi rahim tidak ditujukan untuk membuat orang memiliki rahim untuk selamanya. Dalam uji klinis, seorang wanita yang telah mendapatkan cangkok rahim akan menjalani prosedur bayi tabung dan melahirkan melalui operasi caesar.

Ujungnya, ia harus menjalani histerektomi untuk mengangkat rahim. Mengapa itu harus dilakukan? Alasan utamanya adalah demi keselamatan penerima cangkok rahim.

Sebab, orang yang menjalani cangkok rahim harus mendapatkan obat imunosupresan agar tubuh tidak bereaksi menolak organ tersebut. Jika diberikan lebih lama dari yang seharusnya, obat tersebut dapat meningkatkan risiko terkena kanker.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement