Transplantasi rahim untuk transgender
Dalam prosedur cangkok rahim, ada juga pertimbangan hormonal dan anatomis. Ini berarti bahwa tidak mungkin untuk langsung menerjemahkan prosedur ini ke dalam populasi transgender.
"Jadi untuk memastikan bahwa prosedur ini aman dan efektif, banyak penelitian perlu dilakukan pada model komputer, hewan, dan kadaver (donor yang sudah meninggal)," kata Brännström.
Brännström menyebut bahwa dunia medis belum cukup sampai di sana dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Itu harus dimulai dengan penelitian mentransplantasikan rahim ke hewan jantan secara biologis.
"Untuk membuat ini berhasil pada wanita saja, kami melakukan banyak penelitian selama 10 sampai 15 tahun pada hewan, pada model hewan betina," katanya.
Di sisi lain, transplantasi rahim tidak ditujukan untuk membuat orang memiliki rahim untuk selamanya. Dalam uji klinis, seorang wanita yang telah mendapatkan cangkok rahim akan menjalani prosedur bayi tabung dan melahirkan melalui operasi caesar.
Ujungnya, ia harus menjalani histerektomi untuk mengangkat rahim. Mengapa itu harus dilakukan? Alasan utamanya adalah demi keselamatan penerima cangkok rahim.
Sebab, orang yang menjalani cangkok rahim harus mendapatkan obat imunosupresan agar tubuh tidak bereaksi menolak organ tersebut. Jika diberikan lebih lama dari yang seharusnya, obat tersebut dapat meningkatkan risiko terkena kanker.